Pejabat intelejen Israel menuding Suriah tengah mempersiapkan angkatan perang untuk melancarkan operasi militer atas Israel. Bukti persiapan serangan itu, adalah semakin banyaknya produksi misil Damaskus dan penempatan rudal anti tank di sepanjang perbatasannya dengan Israel.
Tudingan ini, dikeluarkan kurang lebih satu pekan setelah Tim Kajian Irak yang dipimpin Baker dan Hamilton menghimbau pentingnya optimalisasi dialog perdamaian antara Israel dan Suriah.
Menurut Jendral Yose Bidats dalam keterangannya kepada pers Perancis, “Presiden Suriah Basyar Asad tengah mempersiapkan kekuatan militernya untuk peperangan menghadapi israel.”
Ia mengatakan pihaknya mendapt informasi valid bahwa Suriah terus menambah jumlah rudalnya. “Suriah mempercepat produksi rudal ardh ardh yang memiliki jangkauan lebih jauh dan menebar rudal anti tank di sepanjang perbatasan dengan Israel.” Target yang diinginkan Suriah, menurut petinggi intelejen Israel itu adalah karena Israel telah belajar dari perang Israel melawan Hizbullah beberapa bulan lalu.
“Suriah banyak belajar dari Hizbullah yang sukses menaklukkan pasukan Israel dan memberi kerugian telak terhadap Israel. Terutama soal kemampuan tank dan alat perang serta strategi perang gerilya yang dilakukan Hizbullah.”
Menurut PM Israel Olmert pekan lalu, Israel tidak bisa melakukan dialog dengan Suriah. “Sebenarnya Suriah turut berupaya menggoyang stabilitas pemerintah Libanon dan juga mendukung gerakan Hamas di Palestina. Sikap seperti itu yang menutup kesempatan dialog dengan negara Suriah dalam jangka waktu pendek,” ujar Olmert.
Sementara itu, mantan PM Israel Shimon Perez mengatakan, “Suriah tidak serius menggagas dialog dengan Israel. Suriah tidak bersungguh-sungguh melakukan perundingan dengan Israel.“
Wacana tentang persiapan militer Suriah untuk perang menghadapi Israel muncul setelah adanya laporan dari Baker dan Hamilton tentang Irak dan Timur Tengah. Keduanya memberi saran agar Israel mengintensifkan dialog dan perundingan dengan Suriah, yang sudah terputus sejak Januari 2000.
Dalam laporan Tim AS yang fokuskan perhatian pada strategi AS di Irak, dijelaskan bahwa Israel agar mengembalikan dataran Golan yang telah dirampas pada tahun 1967, sebagai bagian penting dari proposal perdamaian dengan Suriah. Sementara sebaliknya, Suriah harus mau menghentikan dukungannya kepada para pejuang Palestina dan Libanon, serta menghilangkan eksistensi Suriah di Libanon. (na-str/iol)