Israel "Tunda" Operasi ke Ghaza, Instruksikan Militernya Tetap Siaga

Setelah menggelar rapat kabinet yang membahas rencana Israel ke Jalur Ghaza, rezim Zionis menyatakan mendukung upaya Mesir untuk mewujudkan masa tenang di Jalur Ghaza, namun mereka tetap menginstruksikan militernya untuk siap siaga melakukan operasi militer ke Ghaza jika mediasi Mesir gagal.

Hal tersebut diungkapkan Mark Regev, juru bicara perdana menteri Israel. "Kabinet yang membidangi masalah keamanan, pagi ini memutuskan untuk mendukung upaya Mesir melakukan mediasi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di selatan dan menghentikan serangan para teroris di Ghaza yang menargetkan warga sipil Israel, " kata Regev.

"Bersamaan dengan itu, kabinet juga menginstruksikan militer untuk tetap melakukan persiapan menggelar operasi besar-besaran ke Jalur Ghaza, jika upaya Mesir gagal, " sambung Regev.

Kabinet Israel menggelar pertemuan khusus membahas rencana ke Ghaza, setelah prajuritnya yang sudah hampir dua tahun ditawan pejuang Palestina bernama Gilad Shalit mengirimkan surat pada keluarganya. Selama ini, pemerintah Israel mendapat tekanan cukup kuat untuk melakukan upaya membebaskan Shalit.

Sebelumnya muncul surat Shalit, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan menteri-menteri keamanannya menegaskan bahwa mereka akan kembali menggelar operasi militer secara luas ke Jalur Ghaza. Rejim Zionis Israel berpendapat, operasi militer adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri kekuasaan Hamas di Jalur Ghaza.

Di tengah ketegangan itu, Mesir terus berusaha mempertemukan Hamas dan Israel untuk negosiasi gencatan senjata. Upaya Mesir gagal karena Israel menolak berdialog langsung dengan Hamas.

Di sisi lain, Hamas membantah klaim Israel yang mengatakan bahwa rejim Zionis itu sudah memberikan kesempatan pada Hamas untuk mewujudkan gencatan senjata, karena Israel terus menerus menggelar operasi militernya di wilayah Ghaza dan membunuh warga sipil Palestina.

"Israel si penjajah sendiri yang mengatakan bahwa mereka sedang menyiapkan operasi besar ke Ghaza. Ini menunjukkan bahwa gencatan senjata yang mereka sebut-sebut tidak terbukti dan tidak serius, " kata Sami Abu Zuhri, juru bicara Hamas.

Hari Rabu kemarin, tank Israel menyerang sebuah rumah warga Palestina di Ghaza yang menyebabkan seorang anak perempuan berusia enam tahun meninggal dunia.

Abu Zuhri menuding Israel menerapkan standar ganda dan ingin memeras faksi-faksi pejuang di Palestina, dengan pernyatannya ingin gencatan senjata tapi terus melakukan agresi ke Jalur Ghaza. (ln/al-arby/presstv)