Zionis-Israel jual mahal dan masih belum mau menerima penuh tawaran damai dari negara-negara Arab dalam rekomendasi KTT Arab di Riyadh. PM Israel Ehud Olmert sendiri menyampaikan bahwa pihaknya secara prinsipil bisa saja menerima seruan negara Arab untuk ikut dalam perundingan damai, tapi itu harus dengan syarat, beberapa item dalam kesepakatan KTT Arab harus direvisi terlebih dahulu.
Channel 2 televisi Arab (15/4) menyebutkan pernyataan dari kantor Olmert yang mengatakan bahwa Olmert secara prinsipil bisa saja terlibat dalam pertemuan dengan negara Arab untuk membahas masalah ide perdamaian dengan negara Arab. Tapi Israel dalam pertemuan itu sangat ingin agar negara Arab memasukkan sejumlah revisi terhadap beberapa item dalam proposal perdamaian yang diajukan pada KTT Arab lalu. Terutama, item tentang masalah pengungsi Palestina.
Harian Yodiot Ahoronot, terbitan Israel di hari yang sama menuliskan komentar sejumlah sumber Israel yang telah melakukan komunikasi dengan Menlu Mesir Ahmad Abul Ghaez. Dalam komunikasi itu Menlu Mesir menyampaikan tawaran berunding dengan Israel sesuai proposal perdamaian KTT Arab.
Menurut harian tersebut, Tseby Livni menlu Israel disebutkan akan melakukan kunjungan ke Yordania untuk juga mendiskusikan soal persyaratan Israel kepada Menlu Yordania. Seperti disepakati dalam KTT Arab, Israel harus menarik mundur semua kekuasaannya dari wilayah yang dirampas pada tahun 1967, untuk menebus normalisasi diplomatik dengan negara-negara Arab.
Sejumlah pengamat menganggap Israel memang tidak terlalu serius menanggapi tawaran negara-negara Arab tersebut. Ketidakseriusan Israel lebih nampak lagi saat pertemuan PM Israel Olmert dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang sama sekali tidak menghasilkan kesepakatan konkrit.
Cheko Manshe, komentator politik di channel 10 televisi Israel mengatakan, “Harusnya Israel serius mengkaji ide yang dilontarkan negara-negara Arab terhadap perwakilan rakyat Palestina, bukan kepada pihak Arab. Sikap Israel yang tidak serius ini bisa menggiring Israel terus menerus dalam konflik. (na-str/iol/Rz)