Di tengah upaya dunia internasional untuk menciptakan gencatan senjata, Israel malah akan mengirim pasukan daratnya ke wilayah Libanon.
Mayor Jenderal Moshe Kaplinsky, deputi kepala staf militer Israel mengatakan, bukan tidak mungkin pihaknya mengerahkan ‘pasukan darat secara masif’ ke negeri itu.
"Jika Kami harus melakukan ini, Kami akan lakukan. Kami tidak mengabaikan kemungkinan itu," katanya.
Pada saat yang sama, Rabu (19/7) dini hari tadi, sejumlah pasukan Israel sudah melintasi perbatasan di selatan Libanon untuk menyerang pos-pos terdepan Hizbullah. Juru bicara militer Israel menyebutnya sebagai operasi ‘terbatas, serangan-serangan tepat sasaran.’
Kepala Komando Utara militer Israel, Mayor Jenderal Udi Adam seperti dikutip radio militer Israel, Selasa kemarin mengatakan, pertempuran yang sudah menelan korban jiwa 235 orang di pihak Libanon dan 25 orang di pihak Israel kemungkinan masih akan terus berlangsung dalam ‘beberapa minggu’ ke depan.
Dalam serangan kemarin, pesawat-pesawat tempur Israel menyerang basis-basis militer Libanon di luar kota Beirut dan wilayah lainnya di Libanon Selatan. Serangan itu menewaskan 17 orang. Sementara Hizbullah juga kembali menembakkan roket-roketnya ke utara Israel, menewaskan satu orang.
Untuk menghentikan pertempuran, tim mediasi PBB terus berusaha melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Israel dan Libanon. Namun Israel sepertinya meremehkan upaya tim PBB.
"Negosiasi-negosiasi tidak akan menghentikan operasi ini, hanya kembalinya dua serdadu yang diculik yang bisa menghentikannya," kata PM Israel, Ehud Olmert.
Hal serupa dilontarkan Menlu Israel Tzipi Livni saat bertemu dengan delegasi dari PBB. Livni mengatakan, mustahil melakukan gencatan senjata kecuali dua serdadunya dibebaskan dan pasukan militer Libanon yang dikerahkan ke perbatasan memberi jaminan perlucutuan senjata Hizbullah.
Dalam satu pekan serangan ke Libanon, Israel lebih memfokuskan serangan melalui udara dan laut, dan menahan diri untuk tidak mengirim pasukan darat. Israel sadar bahwa pejuang Hizbullah lebih mengetahui medan darat Libanon dan Israel masih ingat nasib buruk yang mereka alami selama 18 tahun menjajah wilayah selatan Libanon, yang baru berakhir pada tahun 2000 lalu.
Sampai berapa lama Israel akan meluluhlantakkan Libanon? "Kami tentu saja tidak butuh waktu berbulan-bulan. Dan saya harap hanya butuh waktu beberapa minggu lagi. Tapi kita memang masih butuh waktu untuk menyelesaikan tujuan operasi kami yang sudah jelas," papar Livni. (ln/aljz)