Kunjungan Menlu Mesir Ahmed Abul-Gheit dan Menlu Yordania Abdullah Al-Khatib ke Israel, ditanggapi skeptis. Dan Israel belum menampakkan kesungguhannya untuk merespon persyaratan damai yang diajukan oleh negara-negara Arab.
Liga Arab dalam pertemuan terakhirnya di Arab Saudi bulan Maret kemarin, memang menugaskan Menlu Yordania dan Menlu Mesir sebagai utusan mereka untuk bernegosiasi dengan Israel.
Utusan Liga Arab tetap mengajukan persyaratan damai, bahwa negara-negara Arab akan mengakui secara penuh eksistensi Israel, asalkan Israel mundur dari wilayah perbatasan 1967, perwujudan negara Palestina dengan al-Quds sebagai ibukotanya dan dibolehkannya para pengungsi Palestina kembali ke rumah-rumah mereka di wilayah yang saat ini dikuasai Israel.
"Kami di sini untuk menawarkan pada Israel, proposal perdamaian secara menyeluruh berdasarkan resolusi yang berlaku secara internasional, " kata Al-Khatib dalam keterangan pers bersama Menlu Israel Tzipi Livni di Yerusalem.
Ia melanjutkan, "Kami berharap bisa menciptakan momentum yang diperlukan untuk melanjutkan negosiasi yang produktif dan menghasilkan sesuatu bagi Israel, Palestina dan negara-negara Arab. "
Israel menyebut kunjungan satu hari Menlu Mesir dan Yordania sebagai utusan dari Liga Arab, sebagai kunjungan "bersejarah. " Namun Israel tidak menunjukkan sikap tegas, mau menerima persyaratan yang diajukan Liga Arab.
Terkait pertemuan tersebut, koresponden Al-Jazeera di Tepi Barat melaporkan, banyak diplomat Arab yang mengkhawatirkan bahwa inisiatif perdamaian yang ditawarkan negara-negara Arab hanya akan berakhir pada tingkat "pembicaraan" saja dan tidak dibahas secara mendalam.
Proses perdamaian antara negara-negara Arab dan Israel sudah berlangsung hampir 13 tahun, dan masyarakat sudah merasa bosan dengan pertemuan-pertemuan dan negosiasi serta konferensi-konferensi, karena tidak pernah menghasilkan sesuatu yang konkrit.
Mengomentari inisiatif Arab, PM Israel Ehud Olmert mengulang pernyataannya bahwa Israel akan memulai kembali pembicaraan tentang status final Palestina dengan Presiden Mahmud Abbas. Namun Menlu Yordania menegaskan bahwa keberhasilan inisiatif Arab sangat tergantung pada sikap Israel sendiri.
"Kami perlu jadwal waktu yang jelas, jadwal waktu yang cepat, dan kami mendesak Israel untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan bersejarah ini. Waktunya bukan pada pihak kami, " kata Abdullah al-Khatib. (ln/iol/aljz)