Korban meninggal akibat isolasi kejam atas Ghaza terjadi lagi. Pagi hari Jum’at (23/11), seorang warga Ghaza bernama Jamel Atheya Hamad (49) menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah sebelumnya Israel melarangnya keluar dari Ghaza karena sakit ginjal akut. Tapi dunia seolah bergeming menyaksikan kekejaman di luar kemanusiaan itu berulangkali terjadi di Ghaza.
Hamed, adalah korban ke 50 dalam daftar Menteri Kesehatan di Ghaza, dari penduduk Ghaza yang meninggal mengenaskan akibat isolasi yang dilakukan Israel ats Ghaza sejak bulan Juni lalu. Menurut sumber medis di Ghaza, “Hamed seorang pria yang telah menikah, dan mempunyai tujuh orang anak. Ia mengalami gagal ginjal dan harus mendapat pengobatan cuci darah secara teratur. ” Dijelaskan oleh salah satu keluarganya, Hamed meninggal karena ia tidak boleh berobat di luar Ghaza oleh Israel.
Rami Abduh, jubir dari Komite Rakyat Melawan Pengepungan, pihaknya akan mengkoordinir pemakaman jenazah Hamed setelah shalat Jum’at di Jabalia. “Kondisi sakitnya adalah akibat gagal ginjal, dan tidak mendapat perawatan karena obat-obatan kurang dan lebih dari 23 alat cuci darah rusak. Rami menambahkan bahwa apa yang saat ini terjadi di Ghaza, berupa semakin bertambahnya korban meninggal setiap hari akibat pengepungan dan isolai keji, terjadi di depan mata dunia dan sikap dunia yang diam. “Ini tamparan hebat di kening setiap orang yang selama ini meneriakkan HAM, keamanan dan perlindungan, ” ujar Rami.
Sebelum Hamed, seorang perempuan Ghaza usia 51 tahun juga meninggal akibat kurangnya obat dan fasilitas berobat yang tidak memadai. Laila Salamah, korban meningal, adalah penduduk desa Shaaf sisi Timur Ghaza. Ia mengidap penyakit kanker yang semakin parah sejak sebulan terakhir. Iamempunyai tiga orang anak. (na-str/iol)