Organisasi kedokteran untuk kemanusiaan di Israel, Physicians for Human Rights (PHR) dalam laporannya menyatakan bahwa militer Israel sudah melanggar etika medis dalam agresi brutalnya selama 22 hari ke Jalur Gaza. Laporan PHR menambah panjang laporan-laporan pelanggaran HAM dan kejahatan perang Israel yang dirilis sejumlah organisasi kemanusiaan internasional.
PHR menyatakan, militer Israel telah melanggar etika medis karena tentara-tentara Israel tidak melakukan evakuasi terhadap keluarga-keluarga Palestina yang mengalami luka-luka. Israel juga malah menghalang-halangi tim medis Palestina yang ingin menolong para korban.
PHR mengutip data dari Badan Kesehatan Dunia-WHO tentang 16 orang tenaga medis Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel selama 22 hari agresi militernya ke Gaza. Sedangkan 25 orang tenaga medis lainnya, mengalami luka-luka akibat serangan Israel saat petugas medis itu sedang menjalankan tugasnya di lapangan.
Tentara-tentara Zionis juga menyerang 34 tempat layanan kesehatan, termasuk delapan rumah sakit. "Mereka meninggalkan warga sipil yang terluka dan terisolasi akibat blokade, dan membiarkan warga sipil Palestin tanpa makanan dan air minum dalam jangka waktu yang cukup panjang," demikian laporan PHR.
Dalam kesimpulan laporannya PHR menyatakan bahwa ada trend berbahaya yang makin meningkat, dimana Israel mengabaikan kewajibannya untuk melindungi petugas medis dalam setiap operasi militer yang dilakukan militer Zionis itu.
Pada tanggal 19 Januari lalu, satu hari setelah Israel menyatakan menghentikan serangannya ke Jalur Gaza, PHR sudah mengajukan petisi ke pengadilan Israel tentang pelanggara etika medis yang dilakukan oleh militer Israel. Namun militer Israel mengatakan bahwa pengadilan menolak petisi itu dan hasil temuan PHR akan diinvestigasi oleh tim khusus di kemiliteran Israel.
"Seperti juga laporan-laporan lainnya, laporan PHR belum bisa disimpulkan. Jika penyelidikan oleh tim militer sudah selesai, akan dipublikasikan pada masyarakat," janji militer Israel dalam pernyatannya.
Militer Israel juga berkelit dengan mengatakan bahwa pasukannya sudah diinstruksikan agar hati-hati dalam bertindak agar tidak menimbulkan bahaya pada fasilitas-fasilitas dan kendaraan-kendaraan milik tim kesehatan. Militer Israel malah menuding Hamas yang secara sistematis menggunakan kendaraan-kendaraan seperti ambulan, fasilitas kesehatan dan seragam tim kesehatan untuk menyamar dan melakukan aktivitas "teroris"nya.
Namun tudingan militer Israel itu dipatahkan oleh sejumlah pasukan Israel sendiri yang mengakui bahwa mereka mendapat instruksi untuk membantai warga sipil di Jalur Gaza. Tak heran jika jumlah korban agresi militer Israel ke Jalur Gaza bulan Januari kemarin kebanyakan adalah warga sipil. Data dari Palestinian Centre for Human Rights menyebutkan, dari 1.434 warga Gaza yang gugur syahid, 960 orang adalah warga sipil, 235 pejuang dan 239 aparat kepolisian dan korban luka mencapai 5.000 orang. (ln/reuters/aljz)