Israel Khawatir, AS Minta Perbatasan Ghaza-Mesir Ditutup Kembali

AS dan Israel mengungkapkan ketidaksenangannya melihat pemerintah Mesir membiarkan warga Jalur Ghaza melintasi perbatasan. Israel menyatakan kekhawatirannya bagi kemungkinan masuknya "para penyusup" ke wilayah Israel. Sementara AS menilai Mesir sudah melanggar kebijakan AS dan mendesak negara Piramid itu untuk segera menutup kembali perbatasan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tom Casey pada para wartawan mengatakan, Duta Besar AS di Kairo, Frank Ricciardone sudah membahas situasi di perbatasan Ghaza-Mesir dengan Presiden Mesir, Husni Mabarak.

"Kami menyampaikan kekhawatiran kami tentang situasi ini. Kami semua ingin memastikan bahwa perbatasan dikontrol dan diamankan sebagaimana mestinya, " kata Casey. Ia juga mengatakan, AS berharap Mesir mau segera menutup perbatasan dalam beberapa hari ke depan.

Di tempat berbeda, kepolisian Israel menggelar pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Publik Israel Avi Dichter, terkait situasi terakhir di perbatasan Ghaza-Mesir. Dalam pertemuan itu Dichter menginstruksikan agar langkah pengamanan di selatan Israel diperketat.

"Kami punya alasan untuk meyakini kemungkinan adanya penyusup yang akan masuk ke Israel lewat Sinai. Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan langkah pengamanan untuk merespon kemungkinan masuknya warga Ghaza dalam jumlah besar ke Sinai " ujar Dichter.

Dalam wawancara dengan BBC Israel, juru bicara kementerian luar negeri Israel, Arye Mekel juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kemungkinan penyelundupan senjata yang dilakukan para pejuang Palestina.

"Hamas dan kelompok-kelompok teroris lainnya akan memanfaatkan situasi ini untuk menyusupkan para teroris dan senjata ke Sinai, dan situasi yang sudah sangat buruk akan makin memburuk, " ujar Mekel.

Pada Kamis (24/1) Israel mengeluarkan "travel warning" bagi warganya agar menghindari wilayah Sinai, salah satu tujuan wisata favorit warga Israel. (ln/iol/presstv)