Dua jam sebelum kesepakatan gencatan senjata di berlakukan di Libanon, Senin (14/8), pasukan udara Israel masih menggempur Beirut dan menyebarkan selebaran yang berbunyi,"Untuk warga Libanon: Hizbullah yang telah menjalankan kepentingan Suriah dan Iran telah membawa anda ke tepi jurang yang dalam."
Dalam selebaran itu Israel juga menyatakan bahwa pasukan Israel akan kembali dan bekerjasama dengan pasukan-pasukan yang dibutuhkan untuk melawan aksi para teroris,yang dilakukan dari Libanon dan membahayakan negara Israel.
Menurut koresponden AFP di Beirut, warga Libanon yang menerima selebaran itu langsung merobek-robeknya.
Meski Israel sudah menyatakan sepakat terhadap pemberlakukan gencatan senjata yang digagas PBB, para pejabat Israel menyatakan bahwa Israel masih punya hak untuk menggunakan kekuatan militernya guna mencegah Hizbullah mempesenjatai dirinya kembali.
Sementara itu, pemerintah Libanon dengan dua anggota kabinet dari Hizbullah menunda pertemuan yang akan membahas perlucutan senjata terhadap Hizbullah.
Sejak hari Minggu hingga menjelang gencatan senjata hari ini yang disepakati akan dimulai pada pukul 8.00 pagi waktu setempat, pesawat-pesawat tempur Israel terus menggempur wilayah selatan Beirut. Serangan itu menghancurkan 11 gedung pemukiman dan menewaskan sedikitnya dua orang.
Menteri Perdagangan Israel, Eli Yishai mengancam Libanon, meski sudah diberlakukan gencatan senjata, "Jika ada satu saja batu yang dilemparkan ke Israel dari desa-desa manapun, maka satu batu itu akan menjadi onggokan batu."
Menanggapi ancaman Israel, Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah melontarkan ancaman yang sama. " Sepanjang masih ada gerakan militer Israel, agresi dan tentara Israel yang menguasai tanah kami, merupakan hak kami untuk melawan mereka, memerangi mereka dan hak kami untuk mempertahankan tanah air, rumah dan diri kami," tegas Nasrallah. (ln/aljz)