Setelah melantik kabinet barunya, Presiden Palestina Mahmud Abbas bisa dibilang kini menguasai Tepi Barat. Sementara Jalur Ghaza masih dikuasai Hamas. Untuk itu Israel mengancam akan mengisolasi Ghaza dan jika perlu melakukan operasi militer besar-besaran untuk memberangus Hamas.
AFP melaporkan, satu-satunya pemasok bahan bakar minyak di Jalur Ghaza, perusahaan milik Israel Dor Alon sudah menghentikan pasokannya ke Ghaza. Israel menyatakan bahwa langkah itu diambil atas permintaan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
"Pada hari Jumat, perwakilan otoritas pemerintah Palestina meminta perusahaan ini agar tidak memasok bahan bakar ke Jalur Ghaza untuk sementara, " demikian isi pernyataan kementerian infrastruktur Israel.
Namun pernyataan itu dibantah keras oleh orang terdekat Abbas yang juga ketua juru runding Palestina Saeb Erekat. "Saya sudah menerima perintah dari Presiden Abbas untuk meminta Israel agar melanjutkan pengiriman pasokan apa saja ke Ghaza-bahan bakar minyak, makanan dan listrik, " kata Erekat.
"Saya sudah mengontak Israel dan mereka mengatakan akan mengkaji permintaan itu, " sambungnya.
Sejumlah pejabat Israel hari hari Minggu kemarin mengakui bahwa pemerintah mereka akan mengisolasi Ghaza untuk mencegah agar Hamas tidak menyebarkan pengaruhnya ke Tepi Barat.
"Israel harus mengisolasi Jalur Ghaza dan tidak membiarkan apapun melewatinya, kecuali aliran listrik dan air, " kata Menteri Infrastruktur Israel Benjamin Ben-Eliezer pada radio militer Israel.
Sejak Hamas mengambil alih Ghaza, Israel sudah menutup semua perbatasan di Ghaza. Sehingga 1, 5 juta warga Ghaza kini terisolasi dari dunia luar. Sejumlah analis menyatakan bahwa isolasi itu akan menimbulkan konsekuensi keamanan dan kemanusiaan.
Sejak hari Minggu sudah terlihat antrian warga Ghaza di depan supermarket-supermarket dan pom-pom bensin. Sebagian mereka ada yang sengaja membeli berbagai bahan kebutuhan sehari-hari untuk persediaan, sebagai antisipasi akibat blokade yang dilakukan Israel.
"Orang yang datang makin banyak, mereka membeli semuanya sebagai persediaan di rumahnya. Semuanya habis-tepung, susu, minyak, sayuran, keju, makanan kaleng, " kata Samir Nasser, salah seorang pemilik supermarket kecil di sebelah barat Ghaza.
Seorang pembeli bernama Adnan, sambil membawa berkantong-kantong tepung mengatakan, "Kami hanya ingin anak-anak kami bisa makan. "
Sebagian warga Ghaza yang lain, memilih mengungsi. Sekitar 500 warga Ghaza, kebanyakan kaum perempuan, orang-orang tua dan anak-anak, hari Minggu kemarin berkumpul di depan perbatasan utama dengan Israel, perbatasan Erez. Sejumlah saksi mata mengungkapkan, dengan membawa sejumlah tas dan koper, mereka menunggu perbatasan dibuka, di tengah panas matahari tanpa bekal makanan dan air.
Beberapa organisasi bantuan kemanusiaan sudah mendesak Israek agar membuka kembali perbatasan untuk mencegah munculnya krisis kemanusiaan yang makin buruk.
"Penutupan perbatasan bukan sebuah pilihan. Jalur Ghaza secara keseluruhan sangat bergantung pada barang-barang komersial yang dipasok dari luar, bukan cuma dari bantuan, " kata John Ging, kepala bantuan kemanusiaan PBB untuk pengungsi Palestina.
Operasi Militer
Isolasi terhadap wilayah Ghaza, sepertinya tidak cukup bagi Israel. Negara Zionis juga merencanakan sebuah operasi militer ke Jalur Ghaza yang akan dipimpin langsung oleh menteri pertahanan baru Ehud Barak.
Surat kabar Inggris The Times edisi Minggu mengutip pernyataan seorang pejabat senior yang dekat dengan Barak. Pejabat itu mengatakan, "Pertanyaannya bukanlah ‘jika’, tapi bagaimana dan kapan. "
Sumber-sumber di Israel juga mengungkapkan bahwa Barak akan akan menjadikan serangan roket Hamas dan aksi-aksi bunuh diri yang di wilayah Israel sebagai alasan untuk melancarkan operasi militer itu.
Operasi militer itu, masih menurut sumber tadi, kemungkinan akan dilakukan dalam beberapa hari ini. Untuk itu, sedikitnya 20 ribu pasukan sudah disiapkan untuk menghancurkan perangkat militer Hamas.
Hari ini, Senin (18/6), Barak dikabarkan juga sudah meminta detil rencana operasi pengerahan dua divisi kendaraan lapis baja dan dua divisi infanteri, yang akan didukung oleh jet-jet tempur F-16 Israel.
Menurut sumber-sumber di Israel pada surat kabar The Times, Barak sudah tidak bisa bersikap "toleran" lagi terhadap "para pejuang Hamas" di perbatasan.
Deputi Menteri Pertahanan Israel Ephrain Sneh pada radio Israel juga mengungkapkan bahwa militer Israel sudah menyiapkan unit-unitnya di utara Ghaza. Meski demikian, ia menolak operasi militer yang akan dilakukan disebut sebagai invasi Israel ke Ghaza. Ia lebih suka menyebut rencana operasi itu sebagai operasi penangkal terhadap aktivitas Hamas di wilayah itu. (ln/iol)