Israel menginginkan dialog langsung dengan Suriah untuk membangun rasa saling percaya antara keduabelah pihak dan pertemuan langsung itu bisa dilakukan di al-Quds atau di Damaskus.
Keinginan tersebut disampaikan oleh Presiden Israel Shimon Peres. Ia mengatakan, yang terpenting dari upaya dialog Israel-Suriah adalah menghilangkan halangan psikologis dan membangun rasa saling percaya antara keduanya. Peres menyontohkan kedatangan mantan presiden Mesir Anwar Sadat ke al-Quds pada tahun 1977 untuk memulai dialog langsung dengan Israel.
"Kalau Sadat tidak datang ke Yerusalem, kami mungkin belum berdamai dengan Mesir, " kata Peres.
"Jika Suriah memang berniat menciptakan perdamaian, maka harus ada pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, sambung Peres di sela-sela pertemuan Gubernur New Mexico Bill Richardson di kediaman resmi Peres di al-Quds.
Peres mengatakan, mendiang Hafez al-Assad, ayah dari Presiden Suriah sekarang, pada tahun 1996 menolak untuk bertemu dengannya. Meski demikian, menurut Peres, Hafez secara prinsip mendukung pertemuan yang kemudian dimediasi oleh Menlu AS saat itu Warren Christopher.
Pertemuan antara al-Assad dan Ehud Olmert kemungkinan akan diagendakan dalam konferensi Timur Tengah di Paris. Konferensi yang digagas Presiden Perancis Nicolas Sarkozy itu rencananya akan digelar pada 13 Juli mendatang.
Sementara itu, pembicaraan antara Suriah dan Israel yang dimediasi Turki berlanjut di Ankara. Dalam negosiasi yang dimulai pada bulan Mei kemarin, Suriah meminta Israel mengembalikan wailayah dataran tinggi Golan yang direbutnya pada masa Perang Timur Tengah tahun 1967. Israel berjanji akan mengembalikan Golan pada Suriah asalkan Suriah memutuskan hubungan dengan Iran dan Hamas di Palestina (ln/presstv)