Israel benar-benar menghadapi masa depan yang sangat penuh dengan tanda-tanya. Eksistensi Israel akan berakhir, apabila tidak mau menyesuaikan dengan lingkungan baru, yang sudah berubah. Israel menghadapi lingkungan yang sudah berubah, dan tidak dapat terus-menerus mempertahankan hegemoninya atas dunia Arab.
Perubahan yang sangat mendasar di Timur Tengah dan Teluk, ketika rezim Shah Reza Pahlevi di Iran, digulingkan para mullah,yang dipimpin Ayatullah Khomeini, tahun 1979, melalui sebuah revolusi. Iran yang dipimpin Shah Pahlevi merupakan sekutu utama Israel dan Amerika di kawasan Teluk. Iran menjadi kekuatan penyangga bagi keamanan Israel, menghadapi negara-negara Arab ‘front line’ (garis depan), yang menjadi ancaman keamanannya.
Tetapi, diluar prediksi para ahli militer, intelijen,dan ilmuwan politik, tiba-tiba terjadi gerakan yang luas, yang digerakkan oleh para mullah, kelas menengah, serta kaum bazari (pedagang), dan akhirnya menumbangkan rezim Shah Pahlevi. Ini petaka pertama yang diterima oleh Israel. Perubahan di Iran mempunyai implikasi bagi Israel, dan sekarang Iran dibawah rezim Ahmadinejad, sedang mengembangkan nuklir. Israel menjadi sangat paranoid dengan perkembangan di Iran, yang sekarang sudah berubah.
Jatuhnya Saddam Husien, akibat invasi Amerika tahun 2002, sesudah perisitwa WTC, justru melahirkan rezim baru, yang pro-Iran. Nur Maliki yang sekarang memimpin Irak, dan pernah tinggal di Amerika, tetapi Maliki sekarang berganteng pada Iran dan para elite Syiah. Kondisi di Irak, sekarang jauh lebih rumit, dan akan menjadi ancaman bagi Israel, terutama dengan kembali tokoh muda Syiah, yaitu Muqtada al-Sadr ke Irak.
Pengaruh Al-Sadr jauh lebh kuat dibandingkan dengan Presiden Maliki. Muqtada Al-Sadr, bukan hanya sebagai pemimpin spiritual Syiah, tetapi Al-Sadr mempunyai kekuatan militer, dan berani berkonfrontasi dengan pasukan Inggris, saat Inggris berada di Basrah. Sampai pasukan Inggris dari wilayah itu.
Muqtada al-Sadr akan menjadi pemimpin masa depan Irak, dan sekarang menjadi ‘king maker’ terhadap kehidupan politik di Irak. Presiden Nur Maliki menjadi sangat tergantung kepada Al-Sadr, yang didukung dengan kekuatan milisi yang dengan persenjataan yang tangguh. Al-Sadr memiliki hubungan yang erat dengan Ahmadinejad dan pemimpin Hisbullah Lebanon, Hasan Nasrulllah.
Negara ‘front line’ lainnya yang sedang berubah adalah Libanon. Kekuatan Syiah Hisbullah sekarang mengambil kekuasaan. Kabinet Hariri jatuh, sesudah anggaota kabinet dari kelompok Syiah mengundurkan diri, dan menyebabkan jatuhnya pemerintahan Hariri. Sekarang tokoh yang mengambil alih pemerintahan di Lebanon adalah Makati. Makati seorang pengusaha kaya, yang mendapatkan dukungan kuat dari Hisbullah. Makati juga mempunyai hubungan dekat Hisbullah.
Tentu, bagi Israel yang sangat mengancam adalah kemampuan militer Hisbullah yang terus meningkat, dan mendapatkan bantuan dari Iran dan Syria. Hisbullah yang mendiami wilayah Lebanon Selatan, dan berbatasan langsung dengan Israel, perlahan-lahan berubah menjadi ‘bunker’ ancaman Israel, yang sangat serius. Kapitalisasi kekuatan militer Hisbullah di Lebanon Selatan, yang berlipat-lipat dari waktu ke waktu, mengikis rasa percaya diri militer Israel.
Tentu, yang paling mengkawatirkan Israel, perubahan politik dunia Arab, terutama rezim-rezim yang dimata Israel, sebagai negara moderat. Terakhir, Mesir yang sudah lebih dari dua pekan di guncang aksi revolusi, dan mengancam kedudukan Mubarak, yang merupakan sekutu utama bagi Israel, dan sekaligus yang memberikan jaminan keamanan bagi Israel. Mesir negara ‘front line’ yang membuat kerjasama dengan Israel dan membuka hubungan diplomati, sesudah kedua negara itu, mencapai perjanjian perdamain Camp David.
Perlahan-lahan Mesir akan berubah dan rezim Mubarak akan berakhir, dan muncul rezim baru, yang masih belum dapat diprediksi. Tetapi, kekuatan rakyat Mesir, yang menginginkan perubahan,tidak akan mengakomodasi kepentingan Israel, yang selama ini dijamin oleh Mubarak, selama 30 tahun. Perubahan di negara-negara ‘front line’, sangat berpengaruh bagi masa depan Israel.
Ketika Israel kehilangan Shah, para pemimpin Israel, mengalami kegalauan, di tahun 1979. Sekarang di tahun 2011, Israel akan kehilangan sekutu utama, yang merupakan salah satu negara Arab, yang berada di ‘front line’,yang sangat penting.
Mesir memainkan peranan yang penting di dunia Arab dengan letaknya yang sangat strategis secara geopolitik, dan selama ini Mesir menjaid ‘buffer zone’ bagi Israel, terutama menghadapi negara-negara Arab. Israel telah bertindak secara leluasa melakukan agresi ke Gaza, Libanon, dan wilayah Syaria, dan semuanya itu, karena Israel telah mendapatkan jaminan dari Mubarak.
Dunia Arab berubah mulai dari Irak, Iran, Lebanon, Mesir, Yaman, Tunisia, Maroko, dan Aljazair, dan kemungkinan terjadi transformasi besar-besaran bagi masa depan dunia Arab. Selama ini Israel berhasil melakukan hegemoni terhadap dunia Arab, karena dengan faktor Mesir dan Mubarak.
Bersamaan dengan perubahan di Mesir dan seluruh dunia Arab, pasti akan menghadapi situasi yang tidak seperti dahulu, dan mendapatkan jaminan keamanan seperti Mesir.
Barack Obama mencoba ingin menyeimbangkan antara dunia Arab dan Israel melalui perdamaian dengan Palestina, tetapi Israel yang dipimpin Benyamin Netanyahu dari Partai Likud, terlalu keras, dan tidak mau melakukan kompromi politik, terkait denga masalah Palestina. Inilah yang akan mengakibatkan Israel, kehilangan dukungan politik. (mh)