Israel menyatakan menolak pelaksanaan konferensi anti-rasisme "Durban II" yang akan digelar PBB dan memutuskan untuk tidak hadir ke konferensi itu.
Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni dalam keterangannya mengatakan, Konferensi Durban II tidak ada sangkut pautnya dengan upaya memerangi rasisme. "Atas alasan itu, saya memutuskan bahwa Israel tidak akan berpartisipasi dan tidak mau mengakui pelaksanaan Konferensi Durban II," ujar Livni seperti dilansir surat kabar Israel Haaretz.
Lebih lanjut Livni mengatakan, konferensi itu hanya dimanfaatkan untuk mencari legitimasi atas sikap kebencian dan ektrimisme dengan dalih melawan rasisme.
PBB akan menggelar Konferensi Durban II, bertajuk "The World Conferensi against Racism, Racial Discrimination, Xenophobia and Related Intolerance" di Jenewa bulan April mendatang. Konferensi ini adalah tindak lanjut dari Pertemuan Tingkat Tinggi Durban tahun 2001 di Afrika Selatan yang membahas isu yang sama.
Livni bisa jadi menolak ikut dalam konferensi itu karena tidak mau Israel menjadi sasaran kecaman lagi seperti yang terjadi saat pelaksaan pertemuan tingkat tinggi di Durban I. Dalam konferensi yang diorganisir oleh Komisi Tinggi HAM PBB tersebut, tindakan sewenang-wenang dan penindasan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina menjadi salah satu agenda pembahasan dan Israel menuai kecaman keras dari para peserta.
Dan pada bulan Agustus 2008, utusan negara-negara Afrika yang berjumlah 21 orang membahas rencana konferensi di Jenewas dan merekomendasikan pembahasan antara lain tentang "kondisi rakyat Palestina dibawah penjajahan Israel."
Sementara itu, AS, Inggris, Belanda dan Prancis juga menyatakan akan memboikoit Konferensi Durban II, jika hubungan antara Israel dan Palestina tetap tegang. Belakangan Israel mengancam akan kembali menggelar operasi militer besar-besaran ke Jalur Ghaza, jika pejuang Palestina tidak menghentikan tembakan roketnya ke Israel. Israel menuding pejuang Palestina telah merusak kesepakatan gencatan senjata, padahal tentara-tentara Israel yang diam-diam masuk ke Jalur Ghaza dan melakukan provokasi.
Israel juga mengabaikan desakan PBB dan dunia internasional untuk menghentikan blokade di Jalur Ghaza. Alih-alih memberikan izin truk-truk pembawa bantuan kemanusiaan melewati perbatasan, rezim Zionis Israel sejak Rabu kemarin kembali menutup semua perbatasan di Gaza.(ln/iol)