Penunjukan Jamal Abu Samhadana, ketua Popular Resistance Committee, sebagai direktur jenderal kementerian dalam negeri yang berwenang mengatur kepolisian dan kekuatan-kekuatan sipil serta aparat keamanan Palestina tidak saja mendapatkan kecaman dari Israel, namun penjajah Zionis ini mengancam akan membidik Samhadana sebagai target pembunuhan dan kembali menduduki wilayah Jalur Gaza yang telah dikuasai Palestina.
Kepada radio Israel, Jum’at (21/04/06), Menteri Perumahan Israel Ze’evi Buyem mengatakan, “Kami memiliki perhitungan lama untuk menghabisi teroris terkenal ini. Penunjukannya tidak akan menyematkan dirinya dari sanksi pembunuhan.” Dia menambahkan, “Penunjukan pembunuh ini pada posisi puncak keamanan, menunjukan kembali tabiat teroris pemerintah Palestina sejak dikuasai oleh Hamas.”
Sementara itu mantan kepala dinas intelijen Mossad yang kini menjadi anggota parlemen Israel “Knesset”, Dany Yatom mengatakan bahwa “Abu Samhadana masih tetap menjadi target operasi pembunuhan yang sah” bagi Israel. Dia menambahkan bahwa perhatian dinas keamanan Israel tetap membidik para menteri Hamas dan bukan saja pada komandan keamanan saja. “Barang siapa bekerja sama dengan teroris maka tidak akan mendapatkan kekebalan apapun, meskipun dia menduduki posisi menteri di pemerintahan Hamas,” tambah Yatom kepada radio Israel, Jum’at (21/04/06).
Kembali Duduki Gaza
Sementara itu Komandan wilayah selatan Angkatan Bersenjata Israel, Mayor Jenderal Yuwav Galanat mengancam, pasukan Israel bisa jadi kembali menduduki wilayah Jalur Gaza yang kini dikuasai Palestina apabila perlawanan Palestina terus meningkatkan serangan hingga melewati batas.
“Kami berbicara tentang operasi militer yang lebih besar. Bisa jadi kami perlu masuk ke wilayah Jalur Gaza untuk jangka waktu yang pendek atau panjang, apabila eskalasi ini terus berlanjut,” kata Yuwav seperti dikutip situs harian Israel Yedeot Aharonot, Jum’at (21/04/06).
Yuwav mengatakan, “Militer Israel meningkatkan eskalasi serangan terhadap orang-orang Palestina yang melancarkan serangan roket ke wilayah Israel sejak gerakan perlawanan Islam Hamas berkuasa bulan lalu.”
Terkait dengan rencana penjajah Israel menduduki kembali wilayah Jalur Gaza ini, harian Israel Ha’aretz mengutip pernyataan dari para pemimpin senior militer Israel yang menyatakan, pasukan Israel tengah berlatih melakukan serangan ke Jalur Gaza sesuai rencana yang dibuat militer. Hanya saja para petinggi senior Israel ini menjelaskan, kecil kemungkinannya oprasi militer itu akan dilakukan dalam waktu dekat. Alasannya, bila hal itu dilakukan dalam waktu dekat akan membahayan dukungan internasional yang selama ini sudah dinikmati Israel sejak Hamas menguasai pemerintahan Palestina.
Oleh karena itu, menurut Ha’aretz, sebagian petinggi militer Israel lebih memilih melakukan serangan roket melalui gempuran udara atau serangan mortir ke wilayah-wilayah dekat perbatasan Jalur Gaza dengan Israel.
Sejak awal April 2006, serangan-serangan udara dan tembakan mortir pasukan penjajah Zionis Israel telah mengakibatkan 20 orang Palestina gugur, di antaranya seorang bocah berusia 7 tahun juga gugur saat mortir Israel menghantam sebuah rumah di Beit Lahiya, wilayah utara Jalur Gaza.
Israel menarik pasukan dari Jalur Gaza dan mengevakuasi para pemukim Yahudi dari sana pada pertengahan September 2005 lalu setelah menduduki wilayah tersebut selama 38 tahun. (was/iol-aljzr)