Israel akhirnya menyatakan siap berdialog dengan Hamas jika faksi pejuang Palestina itu menang dalam pemilu legislatif tanggal 25 Januari mendatang. Namun Israel mensyaratkan pihaknya mau berdialog dengan Hamas asalkan Hamas meletakkan senjatanya. Hal tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Israel Shaul Mofaz, Rabu (4/1) malam. Selama ini, Israel dengan tegas selalu menyatakan menolak bertemu dengan perwakilan Hamas karena faksi pejuang terbesar di Palestina itu tidak mau mengakui keberadaan negara Yahudi. Israel juga terus menerus menyatakan penolakannya atas keikutsertaan Hamas dalam pemilu di Palestina dengan alasan yang sama.
"Israel siap untuk bernegosiasi dengan Hamas jika Hamas menang dalam pemilu dan jika Hamas menyatakan akan melucuti persenjataannya," kata Mofaz yang disiarkan oleh radio militer Israel.
Sementara itu, Kepala badan intelejen dalam negeri Israel, Shin Beth, Yuval Diskin di hadapan parlemen Israel mengingatkan bahwa kemenangan Hamas akan menimbulkan masalah besar bagi pemerintah Israel.
"Israel akan menghadapi masalah besar jika Hamas menang atau mendapatkan hasil pemilu yang siginifikan. Dalam situasi seperti itu, mereka (Hamas) akan melakukan penetrasi ke semua departemen pemerintahan dan memperkuat posisinya di wilayah-wilayah Palestina," papar Yuval dihadapan komite parlemen bidang pertahanan dan luar negeri Israel.
Juru bicara kantor Mofaz tidak membenarkan atau membantah pernyataan Kepala Shin Beth itu . Kantor Mofaz malah mengeluarkan pernyataan bahwa Israel siap bernegosiasi dengan Hamas jika Hamas menang.
"Satu-satunya jalan bagi Israel untuk mempertimbangkan dialog dengan Hamas hanya jika Hamas melucuti senjatanya dan menarik pernyataannya yang tidak mau mengakui eksistensi negara Israel," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Para pejabat di Shin Beth, kementerian luar negeri dan militer Israel dalam beberapa hari ini membicarakan apa yang akan mereka lakukan jika Hamas menang. Pernyataan yang dikeluarkan kantor PM Israel Ariel Sharon menyebutkan, kesimpulan hasil pembicaraan itu rencananya akan ditentukan akhir minggu ini.
Di sisi lain, para pemimpin Hamas mengisyaratkan akan memperlunak garis perjuangan mereka khususnya yang terkait dengan seruan untuk menghancurkan negara Yahudi.
"Piagam perjuangan Hamas adalah masalah interpretasi. Piagam itu mengekspresikan posisi politik dan sosial Hamas yang secara tidak langsung didasarkan atas Al-Quran. Tidak ada keraguan atas Al-Quran itu sendiri, namun piagam itu berisi visi-visi politik Hamas," kata Mahmud Zahar, salah seorang pemimpin Hamas dalam sebuah wawancara dengan harian Israel.
"Tidak seorangpun berfikir untuk mengubah piagam itu meski secara prinsip hal itu mungkin saja terjadi," sambungnya.
Polling-polling yang dilakukan belakangan ini menunjukkan bahwa Hamas mendapat dukungan cukup signifikan dari rakyat Palestina, hanya 10 persen dibelakang organisasi Fatah yang kini berkuasa. (ln/theaustralian)