Pengepungan Ghaza ternyata tidak hanya berlaku untuk manusia yang masih hidup, tapi jenazah yang sudah di liang kuburpun terkena dampaknya. Abu Hazem, adalah salah satu nama jenazah yang terkena dampak itu.
Di hadapan jenazah orang tuanya, Hazem sang anak berdiri terpaku sambil menangis. Ia sangat berduka bukan hanya ditinggal pergi sang ayah, tapi juga karena ia tak bisa memakamkan ayahnya secara layak. Tidak ada semen yang biasanya menandai sebuah pusara di Ghaza, jenazah sang ayah dikuburkan begitu saja tanpa pengenal. Hazem tidak sendiri, ada cukup banyak keluarga berduka di Ghaza, karena hal yang sama. Sebagian mereka ada yang menggantikan pengenal makam keluarganya yang baru meninggal dengan kayu atau besi seadanya.
Khawatir atas jenazah ayahnya, berkata Hazem, “Saya khawatir bila makamnya hilang. Kayu tidak bisa bertahan lama untuk menandai makam ini. Saya mencari batu marmer atau semen tidak ada…” Ia menjelaskan lagi, setelah pengepungan atas Ghaza sejak bulan Juli lalu, tidak ada suply semen ke wilayah Ghaza. “Tidak ada semen di Ghaza, padahal itu bahan baku yang paling dibutuhkan, termasuk untuk pemakaman, ” ujarnya. Ia juga menjelaskan bagaimanapun makam di Ghaza harus ditutupi dengan bahan yang layak, karena bila dibiarkan begitu saja hujan bisa menghilangkan tanda makam.
Jika dampak isolasi atas Ghaza menyebabkan ketiadaan bahan baku semen, jelas kesulitan itu akan berdampak pada banyak hal. Seorang pemuda di Ghaza, juga bersedih karena ia terpaksa menghentikan proyek bangunan rumahnya karena tidak ada lagi semen dan bahan bangunan untuk membangunnya, kecuali dengan harga melangit yang tidak terjangkau. Ia mengatakan, “Seharusnya rumah saya sudah jadi sekarang. Tanggal pernikahan kami sudah dekat. Sayangnya, saya terpaksa menunda tanggal pernikahan itu sampai krisis ini berakhir dan rumah saya selesai dibangun…”
Pemimpin Palestina Ismail Haniyah menanggapi kesulitan hidup yang dialami warga Palestina di Ghaza bisa menjadi bencana kemanusiaan, bila jembatan perbatasan terus menerus ditutup. Dalam pernyataan tertulisnya beberapa waktu lalu ia mengatakan, “Politik isolasi, kezaliman, penghukuman massal, yang diterapkan penjajah Israel atas Ghaza menimpa orang hidup dan mati…” (na-str/iol)