Bulan Ramadhan dan Idul Fitri semoga membawa perubahan mendasar bagi perkembangan Palestina. PM Palestina Ismail Haniyah baru-baru ini, mengungkapkan adanya sejumlah langkah menuju perdamaian antara Hamas dan Fatah.
Upaya damai itu, dikatakannya akan dilakukan setelah idul fitri dan dilakukan di salah satu Negara Arab. Menurut Haniyah, pemerintahan Hamas di Ghaza adalah pemerintahan sementara dan tidak permanen.
Berbicara dalam peringatan Hari Al-Quds Internasional di masjid Al-Gharbi di Ghaza, sore hari Rabu (110/10), Haniyah mengatakan, “Kami telah menyepakati sejumlah pertemuan dengan Fatah di ibu kota salah satu Negara Arab. Kami juga telah merumuskan sejumlah solusi menyeluruh terhadap permasalahan yang ada. ”
Ia menambahkan, awal dialog dengan Organisasi Fatah akan dimulai pasca hari raya idul fitri. “Kami mengelola pemerintahan di Ghaza hanya dalam waktu sementara, dan kami tidak ingin tenggelam dalam detail masalah Al-Quds maupun pengungsi, ” tambah Haniyah.
Hamas sebagai salah satu gerakan terbesar di Palestina, dan memenangkan telak pemilu tahun 2006 menguasai Ghaza sejak bulan Juli lalu. Sedangkan Fatah, yang merupakan afiliasi Presiden Palestina Mahmud Abbas, menguasai wilayah Tepi Barat. Sejumlah sumber politik yang dekat dengan lingkup kebijakan politik di Ramallah Tepi Barat juga mengungkapkan bahwa memang akan ada dialog antara Hamas dan Fatah, dengan mengambil lokasi di Kairo, Mesir.
Menurut Nabil Shats, anggota Dewan Pusat Fatah, dirinyalah yang telah direkomendasikan oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas untuk mewakili Fatah menggagas dialog yang akan dilakukan dengan Hamas setelah Idul Fitri.
Menurut salah satu sumber Palestina, Hamas dan Fatah telah sepakat untuk melakukan langkah awal guna meredakan konflik antara mereka sebelum dimulainya pertemuan di Kairo. Mereka juga sudah sepakat untuk menghentikan semua tindakan provokasi satu sama lain dan memunculkan suasana kondusif sebelum memulai dialog.
Ada sejumlah alasan bagi Mesir untuk segera memediasi Hamas dan Fatah. Antara lain, Konflik antara Hamas dan Fatah sangat berpengaruh bagi kondisi Mesir yang berbatasan langsung dengan Ghaza. Selain itu, posisi Mesir juga terancam hukuman Amerika dan Israel bila terdapat fakta bahwa Mesir melakukan kerjasama dengan Hamas, lantaran Hamas dituding AS sebagai organisasi teroris. (na-str/iol)