Charles Taylor, seorang ahli filsafat terkemuka dari Kanada menyatakan AS penyebab munculnya jurang pemisah warga Muslim dengan masyarakat AS dan dunia Barat pada umumnya.
Menurutnya, jurang pemisah itu tercipta pascaserangan 11 September, di mana setelah itu AS melancarkan perang terhadap terorisme.
"Amerika kehilangan kesempatan berharga setelah peristiwa 11 September, untuk memperkuat kalangan Muslim moderat di negaranya dan membangun jembatan dengan mereka, " kata Taylor pada Reuters, saat menerima penghargaan Templeton Prize pada tanggal 2 Mei kemarin. Templeton Prize adalah penghargaan bergengsi di bidang keagamaan.
Menurutnya, respon AS terhadap aksi-aksi terorisme telah memperdalam rasa ketidakpercayaan di dunia Islam. Ia mengingatkan bahwa kebijakan yang salah merupakan motivasi utama kelompok-kelompok teroris.
"Kita tidak bisa menghentikan sesuatu yang telah membuat kita kehilangan pikiran dan hati, " ujar filsuf yang telah menulis belasan buku ini.
Ia juga mengatakan bahwa intervensi AS di dunia Islam seperti yang terjadi di Irak, menjadi dilema yang menyakitkan. Perang di Irak dan aksi-aksi kekerasan yang menimpa rakyat Palestina, kata Taylor, menjadi pendorong para Jihadis untuk melakukan aksi balasan.
"Ada bahaya yang sangat besar, perasaan yang kuat bahwa mereka telah diasingkan, " tukas Taylor yang juga seorang profesor di bidang hukum.
Taylor meyakini bahwa munculnya ekstrimisme di Barat disebabkan oleh hal yang sama, yaitu dalamnya sikap Islamofobia yang juga melanda media massa Barat. Media massa Barat, menurut Taylor sudah memberikan kontribusi besar dalam memojokkan umat Islam dan bangsa Arab sebagai umat yang menyukai kekerasan, berbahaya dan mengancam kehidupan orang lain.
"Ketika kita menyerah dengan mudahnya pada Islamofobia di media dan pidato-pidato, kita sedang menuju ke arah polarisasi. Kita di Barat, sudah melakukan banyak hal bodoh sehingga Islamofobia makin meningkat, " imbuh Talyor.
Kritik Taylor, menambah panjang daftar kalangan yang mengecam fobia AS dan media Barat terhadap Islam, karena hal itu justru mendorong munculnya terorisme dan ekstrimisme.
Belum lama ini, National Counter Terrorism Council sebuah lembaga anti-teror di AS, dalam laporannya juga mengatakan bahwa kebijakan luar negeri AS menjadi penyebab munculnya aksi-aksi terorisme.
Islamic Human Rights Commission dalam laporannya belum lama ini juga menyatakan bahwa media massa dan industri film Barat telah bersikap kejam terhadap umat Islam.
Sementara itu, akademisi terkemuka AS Stephen Schwartz menilai media massa Barat telah gagal memberikan laporan yang seimbang tentang Islam dan isu-isu Arab, pascaperistiwa 11 September.
Selanjutnya, Charles Taylor mengatakan bahwa praktek-praktek bernuansa Islamofobia pada akhirnya akan menimbulkan dampak yang tak terbayangkan. "Jika kita mempertahankan cara seperti ini, akan terjadi mimpi buruk berupa benturan peradaban, " tukasnya.(ln/iol)