Dia mengisahkan, bahwa di awal-awal pergerakan mereka, sempat terbentur oleh satu masalah. “Tidak ada yang mau maju untuk mengumpulkan mayat dari rumah sakit dan membawanya ke kuburan,” kata Mamdani.
Setelah beredar informasi dari mulut ke mulut, Mamdani mengatakan tujuh sukarelawan Muslim dengan cepat menawarkan diri untuk ikut bantuan. Kemudian tantangan lain yang dihadapi kelompok ini adalah kurangnya ambulans, akibat pandemi.
“Pada awalnya, kami mencoba menyewa ambulans pribadi, tetapi pemiliknya tidak mau menyewa kendaraan mereka untuk membawa korban Covid-19,” kata Mamdani.
Dengan tidak ada pilihan lain, kelompok itu memutuskan untuk mengumpulkan sumber daya mereka dan membeli ambulans bekas. “Kami berhasil mendapatkan 10 kendaraan seperti itu dari berbagai bagian kota. Dengan bantuan mekanik dan sumber daya lainnya, dalam waktu delapan hari kami berhasil meluncurkan ambulans di jalan,” lanjut Mamdani.
Ketika para sukarelawan mulai mengumpulkan mayat-mayat Muslim dari rumah sakit, mereka menyadari bahwa beberapa mayat Hindu tidak diklaim oleh keluarga mereka, karena kerabat mereka terlalu takut untuk melaksanakan ritual terakhir. Selain itu, aturan lockdown juga memaksa kerabat untuk tinggal di dalam rumah dan menghindari alasan kremasi.
Akhirnya kelompok sukarelawan Muslim memutuskan untuk membantu keluarga Hindu yang akan menggelar ritual terakhir untuk kerabat yang meninggal. “India adalah negara yang memiliki kerukunan beragama dan kami percaya seharusnya tidak ada diskriminasi berdasarkan agama. Dengan moto ini kami memutuskan untuk melakukan ritual terakhir atas nama keluarga Hindu dengan dukungan polisi dan kerabat,” katanya.
Dari 820.000 kasus Covid-19 di India, 100.000 diantaranya ada di Mumbai, dimana sekitar 5.500 orang dinyatakan meninggal, dari angka kematian nasional sekitar 22.500.
“Relawan Muslim sangat mendukung. Mereka mulai bekerja pada saat terjadi kekacauan total dan kepanikan di Mumbai,” kata Dr Sulbha Sadaphule dari Cooper Hospital, Mumbai, kepada Arab News. “Kamar mayat dipenuhi dengan jenazah karena kurangnya ambulans dan staf. Ketika staf rumah sakit dan petugas kesehatan jumlahnya sedikit, kelompok Muslim membantu kami dan sejumlah relawan.” (*)