Pada hari Jumat, ISIS kembali kuasai dua kota lainnya di provinsi Diyala timur.
Saadiyah dan Jalawla telah dikuasai gerakan Muslim Sunni ini setelah pasukan pemerintah Syiah Irak melarikan diri dari posisi mereka, bersama dengan beberapa desa di sekitar pegunungan Himreen yang telah lama menjadi tempat persembunyian bagi militan ISIS , sumber keamanan mengatakan, menurut Reuters.
Tentara Irak menembakkan peluru artileri di Saadiyah dan Jalawla dari kota terdekat Muqdadiya, dan mengirim puluhan keluarga Syiah agar melarikan diri ke arah Khaniqin dekat perbatasan Iran.
Ulama Syiah Irak yang paling berpengaruh , Ayatollah Ali al-Sistani Jumat memperingatkan “situasi serius” di negara itu, mengatakan bahwa Baghdad sekarang menjadi target militan.
Ulama Syiah Ayatollah Ali al-Sistani mengatakan: “Melawan teroris adalah tanggung jawab semua orang .” Dia mendesak partai partai politik untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan mereka dan fokus untuk memerangi terorisme.
“Pemberontak” tidak “Teroris”
Sementara itu, otoritas keagamaan tertinggi di negara itu untuk Muslim Sunni memperingatkan larangan pelabelan “pemberontak” sebagai “teroris.”
Ulama Rafi ‘al-Rifaee menyatakan bahwa “pemberontak ” tidak boleh dituduh sebagai teroris , dan mengatakan tuduhan tersebut hanya akan memicu perpecahan antara pemberontak dan warga , mereka (ISIS) hanya ingin ” membebaskan ” penjajahan dari pemerintahan Perdana Menteri Nuri al-Maliki.
Rifaee menjelaskan apa yang terjadi di Irak sebagai proses untuk membebaskan Irak dari tentara Syiah pemerintahan Maliki. (Arby/Dz)