Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menawarkan diri menjadi pemantau dalam pemilihan presiden AS mendatang. Ia meyakini bangsa Amerika akan memilih pemerintahan yang baru dalam pemilu yang benar-benar bebas.
"Jika Gedung Putih mengizinkan kita untuk hadir sebagai pemantau dalam pemilihan presidennya, kita akan melihat apakah rakyat di negara mereka (AS) akan memilih dia (Bush) lagi atau tidak, " kata Ahmadinejad di hadapan para relawan Basij, sayap militer pro pemerintah.
Konstitusi AS membatasi seorang presiden hanya boleh menjabat selama dua kali masa jabatan. Presiden Bush dan sejumlah organisasi hak asasi manusia sempat mempertanyakan keabsahan pemilu di Iran pada tahun 2005 lalu, di mana Ahmadinejad terpilih sebagai presiden. Mereka meragukan keabsahan itu karena pada pemilu, Dewan Perwalian negara Iran-lembaga yang beranggotaka para ulama dan memiliki wewenang yang kuat-mendiskualifikasi sekitar 1. 000 kandidat presiden.
Namun pernyataan Ahmadinejad menuai kritik di dalam negeri, karena pemerintahan Ahmadinejad sendiri tidak mengizinkan hadirnya pemantau-pemantau independen dalam pemilu di Iran. Kementerian Dalam Negeri Iran-yang dikontrol oleh aliansi Presiden Ahmadinejad menolak desakan agar perwakilan partai dibolehkan memantau jalannya pemungutan suara di tempat-tempat pemungutan suara dalam pemilu yang akan digelar bulan Maret mendatang.
Pemilu itu akan menjadi ujian bagi popularitas Ahmadinejad. Tokoh-tokoh penting di Iran, termasuk dua mantan presiden Iran Hashemi Rafsanjani dan Muhammad Khatami mengingatkan kemungkinan kecurangan pemilu, melihat langkah-langkah yang dilakukan Dewan Perwalian, antara lain dengan mendiskualifikasi para kandidat. (ln/guardian)