Iran Siap Hadapi Serangan, Rusia, China, Negara Teluk Kecam Menlu Prancis

Penasehat bidang militer Iran Mayor Jenderal Yahya Rahim-Safavi mengingatkan, serangan terhadap Iran akan memicu respon yang menghancurkan dari angkatan bersenjata Iran.

Mantan komandan pasukan Garda Revolusi Iran dan penasehat bagi pemimpin Revolusi Islam ini menyatakan, bukan hanya militer Iran yang akan bergerak, tapi juga pasukan sukarelawan Basij akan membalas setiap serangan militer terhadap negara Iran.

Dalam pidato menandai berakhirnya masa jabatan Safavi setelah 10 tahun menjadi komandan Korps Garda Revolusi, ia mengatakan bahwa Iran telah meningkatkan kemampuan militernya untuk melihat kelemahan-kelemahan musuh dan tidak segan-segan melakukan serangan pada musuh-musuh Iran jika mereka berani menginvasi Iran.

Sementara itu, Rusia, China dan negara-negara Teluk mengecam pernyataan Menteri Luar Prancis Bernard Kouchner yang mengisyaratkan penggunaan kekuatan senjata untuk melawan kekuatan nuklir Iran, meski Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad sendiri tidak terlalu serius menanggapi pernyataan Kouchner.

"Kami tidak melihat ancaman-ancaman ini serius, " kata Ahmadinejad, yang menilai pernyataan Menlu Prancis itu hanya sensasi untuk konsumsi media massa.

Meski demikian Menlu Rusia Sergei Lavrov, dalam keterangan pers bersama dengan Kouchner mengaku Kremlin sangat terganggu dengan pernyataan Menlu Prancis itu.

"Kami prihatin dengan laporan-laporan bahwa ada pertimbangan yang serius untuk menggelar aksi militer terhadap Iran. Ini adalah ancaman bagi kawasan di mana sudah terjadi berbagai persoalan seperti di Irak dan Afghanistan, " kata Lavrov.

Ia menyatakan, biarkanlah Iran bekerja dengan IAEA sebelum dunia mengambil keputusan untuk melakukan tindakan militer atau sanksi yang lebih berat pada Iran.

Kecaman terhadap pernyataan Kouchner juga dilontarkan China. "Kami yakin pilihan terbaik bagi masalah nuklir Iran adalah penyelesaian secara damai melalui negosiasi antar pejabat diplomatik, " kata Jiang Yu, juru bicara kementerian luar negeri China.

"Kami tidak setuju terhadap setiap ancaman yang dengan gampangnya melontarkan wacana penggunaan kekuatan dalam hubungan internasional, " ujarnya.

Di kawasan Teluk, media-media massa menuding Kouchner telah mengikuti langkah PM Inggris Tony Blair dan sudah terperangkap dalam permainan AS.

Gulf News menyebut Kouchner sebagai mantan aktivis perdamaian yang masuk perangkap AS, negara yang terbukti tidak mampu mengatasi kekacauan yang diakibatkannya di Irak.

Khaleej Times mendesak Presiden Prancis Nicolas Sarkozy untuk mengingat bahwa setiap upaya penyelesaian pertikaian dengan menggunakan kekuatan militer, tidak akan berhasil.

Surat kabar Arab Saudi, Arab News menulis, pernyataan Kouchner "mengejutkan dunia." Arab News mempertanyakan, mengapa Kouchner dan AS melihat senjata nuklir sebagai ancaman jika senjata-senjata itu dibuat Iran. Sedangkan mereka diam jika senjata nuklir itu dibuat oleh Israel dan Prancis sendiri. (ln/al-arby/presstv)