Iran, Pasca-Pemilu


Apa yang sedang terjadi di Iran kini? Di permukaan, negara ini telah kembali normal. Demonstrasi telah mereda, dan telah dihentikan. Tapi di balik ketenangan itu, ada sebuah awal politik baru dari aktivitas yang intens.

Pekan lalu, Mir Hossein Mousavi, kandidat presiden yang kalah oleh Mahmoud Ahmadinejad, menyatakan bahwa tujuannnya sekarang adalah menciptakan gerakan sosial berskala besar untuk menjadi oposisi pemerintahannya, dan member tekanan lebih kepada sistem politik yang lebih terbuka.
Mohammad Khattami, presiden Iran sebelumnya, menyerukan adanya referendum untuk pemerintahan. Mantan presiden lainnya, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, mengkritik pedas pemerintah dalam menangani krisis setelah pemilu.

Penolakan lebih jauh sudah dideklarasikan oleh mereka yang disebut ulama di Iran. Negara itu hanya mengenal imam besar—berdasarkan ajaran Syi’ah mereka. Sedikit dari imam besar mereka yang menyatakan dukungannya terhadap Ahmadinejad. Pada waktu yang bersamaan, berdasarkan pada situs Tehran Bureau, enam orang ayatollah juga mengkritik sang rejim.

Pekan lalu, salah satu di antaranya bahkan mengeluarkan fatwa memboikot inagurasi Ahmadinejad. Ia juga mengkritisi pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei.

Sikap para ayatollah ini telah memperlihatkan sebuah kenyataan lain pemisahaan agama dan kekuasaan melalui militer. Ahmadinejad telah lama mereflesikan hal ini; ia adalah veteran perang Iran-Iraq, dekat dengan Khamenei, sedangkan di kantor presiden, ia membangun kekuasaannya dengan militer.

Namun, toh semua orang pun paham, bahwa antara Ahmadinejad dan Khamenei bukannya tanpa friksi. Ahmadinejad menolak pilihan Khamenei tentang siapa yang mendampinginya sebagai wakil presiden.
AS dan Israel telah melebih-lebihkan nuklir di Iran. Apa artinya semua riak-gejolak yang tengah terjadi di Iraq ini bagi Washington?

AS, bagaimana pun akan selalu menjadi pihak yang mengambil keuntungan tersembunyi dalam setiap konflik besar di setiap negara-negara Timur Tengah. Mereka mungkin tak akan membuat scenario Iran seperti Iraq, namun hembusan angin tentang perubahan dan Iran yang moderat telah menarik sebagian rakyat Iran yang lain.

Strategi AS terhadap Stalin dan Mao mungkin berjalan mulus. Tapi Iran adalah sebuah negara yang juga punya akal-bulus tersendiri: itu dibuktikannya dengan perbedaan besar antara mereka dengan negara-negara Arab lainnya. Puzzle krusial di Iran belum terjawab, dan mungkin akan senantiasa dibiarkan seperti itu, karena kepentingan Barat masih bisa ikut diakomodasikan dalam penetrasi Syiah yang luar biasa ke seluruh dunia. (sa/nwswk)