Tawaran-tawaran yang diberikan negara Eropa pada Iran terkait dengan program nuklirnya, kemungkinan akan membuka jalan bagi Iran untuk melanjutkan pengayaan uraniumnya di masa datang.
Hal tersebut diungkapkan sejumlah diplomat termasuk seorang pejabat AS yang dilansir surat kabar Washington Post. "Setelah melalui proses yang panjang, rejim Iran kemungkinan boleh melakukan pengayaan uranium di negaranya," kata pejabat AS yang tidak mau disebut jati dirinya itu.
Presiden AS George W. Bush sebelumnya menilai positif reaksi Iran terhadap tawaran paket insentif dan sangsi yang mungkin akan dijatuhkan. Sementara, Menlu Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, Iran harus memberikan tanggapan lengkapnya atas tawaran itu pada akhir Juni mendatang.
Menurut pejabat AS tadi, kemungkinan Iran dibolehkan melanjut pengayaan uraniumnya tergantung pada kemauannya menunda untuk sementara waktu proses pengayaan itu dan jawaban Iran atas ‘keprihatinan’ dan kekhawatiran bahwa Iran sedang membangun proyek persenjataan nuklir.
Di tempat terpisah, seorang diplomat Barat pada AFP mengungkapkan,"Sepanjang skenario jangka panjang berjalan lancar, pengayaan uranium di Iran dimungkinkan,"
"Tapi ada banyak persyaratan yang diajukan. Terlalu dini membicarakan msalah pengayaan uranium Iran. Yang paling utama, Iran harus menunda, kemudian kita bernegosiasi dan semuanya dibicarakan secara terbuka," kata diplomat yang juga tidak mau disebut namanya.
Sikap Iran
Juru runding nuklir Iran, Ali Larijani mengatakan, paket usulan insentif yang dirancang oleh Eropa, yaitu Inggris, Perancis dan Jerman, berisi ‘langkah-langkah yang positif.’ Paket itu diajukan ke Iran oleh Javier Solana, ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa, Selasa (6/6).
Insentif yang ditawarkan itu antara lain berisi tentang aturan-aturan reaktor nuklir bertenaga air ringan. Uranium yang biasa digunakan untuk menggerakan raktor itu boleh dikembangkan, asal dilakukan di luar Iran.
AS mengancam, jika Iran menolak proposal tersebut, Iran akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB untuk dijatuhkan sangsi. Meskipun saat ini, di antara negara-negara yang mempersoalkan masalah nuklir Iran, belum ada suara bulat soal ancaman sangsi itu.
Menlu Rusia Sergei Lavrov di Moskow Rabu kemarin mengatakan, negaranya akan mendukung sangsi terhadap Iran hanya jika Iran melanggar kesepakatan non proliferasi. (ln/bbc)