Iran menyatakan siap melakukan pembicaraan dengan AS, namun tidak akan menyerahkan hak pengayaan uranium negaranya seperti yang diminta Barat.
Hal tersebut ditegaskan Menlu Iran Manouchehr Mottaki menanggapi tawaran AS untuk melakukan pembicaraan jika Iran mau menghentikan aktivitas pengayaan uraniumnya.
"Iran mendukung pembicaraan yang fair tanpa diskriminasi," kata Mottaki seraya meminta AS untuk mengubah perilakunya jika ingin memulai hubungan baru dengan Iran.
Sebelumnya, pada Rabu (31/5) AS menyatakan akan bergabung dengan negara-negara Eropa untuk melakukan pembicaraan langsung dengan Iran, asalkan negara itu mau menghentikan pengayaan uraniumnya.
Tawaran itu diumumkan oleh Menlu AS Condoleezza Rice sebelum pertemuan lima negara anggota tetap PBB yaitu AS, Inggris, Perancis, Rusia dan China ditambah negara Jerman di Wina hari ini (1/6) untuk membahas masalah nuklir Iran.
"Pernyataan Rice bukan hal yang baru. Ia sudah mengatakannya dalam pidato-pidato dan wawancara-wawancaranya terdahulu.. Pernyataan itu kurang logis dan tidak memberikan solusi untuk memecahkan persoalan nuklir Iran," ujar Mottaki.
"Pernyataan Rice seperti sebuah literatur dan… bertujuan untuk menutup-nutupi kegagalan mereka (AS) di Irak dan wilayah lainnya di dunia," tegasnya lagi.
Selama ini negara-negara Barat meyakini program nuklir Iran bertujuan untuk membuat bom atom. Iran bersikukuh bahwa program nuklirnya ditujukan untuk kemanusiaan dan digunakan hanya untuk sumber pembangkit listrik. (ln/aljz)