Film "Persepolis" menjadi salah satu dari 22 film yang ikut dalam festival film Cannes di Prancis. Namun film yang diangkat dari serial komik karya Marjane Satrapi ini, dikecam oleh Iran.
"Persepolis" adalah film animasi yang menceritakan kehidupan seorang gadis kecil di masa pemerintahan ayatullah. Iran mengecam film yang disutradarai Satrapi dan Vincent Paronnaud itu sebagai film yang tidak menampilkan gambaran yang sebenarnya tentang hasil positif dari revolusi Islam.
Iran juga memprotes keputusan panitia festival film Cannes yang telah memilih film tersebut. Iran menilai pemilihan itu tidak lepas dari "kebijakan yang bias dari dominasi kekuatan-kekuatan" Barat yang tidak senang dengan negara Iran.
Menyikapi kritikan itu, Satrapi mengatakan bahwa film animasi yang bernuansa sejarah itu "bukan film yang berorientasikan politik, yang berisi pesan-pesan yang ingin dijual. "
"Ini adalah film yang terutama sekali bercerita tentang cinta saya pada keluarga saya. Jika para penonton di Barat pada akhirnya berpandangan bahwa rakyat Iran adalah manusia dan bukan melihatnya sebagai bentuk-bentuk yang abstrak seperti ‘Islam fundamentalis’, ‘teroris’ atau ‘poros setan’, maka saya akan merasa karena itu artinya, saya telah melakukan sesuatu, " jelas Satrapi.
Satrapi sendiri adalah anak tunggal dari orang tua yang sadar politik. Ia mengingat kembali masa kecilnya pada tahun 1978, ketika ia masih berusia 8 tahun dan tinggal di Tehran. Saat berusia 14 tahun, Satrapi dan orang tuanya mengungsi ke Wina untuk menghindari penangkapan atau mungkin yang lebih buruk lagi.
Satrapi kembali ke Tehran untuk mengambil kuliah di jurusan seni, kemudian menjalani pernikahan yang tidak membahagiakan, sampai akhirnya memutuskan untuk berimigrasi ke Prancis.
Terlahir dari keluarga kelas menengah yang berafilasi pada kelompok kiri, Satrapi kerap mengkritik pemerintahan revolusi Islam. Ia tak jarang melontarkan pemikiran untuk mengubah Iran dan sistem kekuasaan para Mullah yang berlaku di negeri itu.
Pada tahun 2000, Satrapi menerbitkan autobiografi dalam bentuk komik berjudul "Persepolis" di Prancis. Buku itu sudah diterbitkan dalam berbagai bahasa namun tidak diterbitkan di Iran.
Ketika ditanya mengapa ia membuat filmnya dalam bentuk animasi dengan warna hitam putih, Satrapi menjawab, "Saya pikir ini akan membantu setiap orang agar terikat dengan film ini, apakah dia di China, Israel, Chili atau Korea. Film ini adalah sebuah kisah yang universal. "
"Saya tidak membenci negara saya. Saya mengkritik karena saya cinta negara saya, " kata Satrapi berargumen. (ln/Middleeastonline)