Iran sedang merencanakan untuk menghentikan penggunaan mata uang dollar dalam menetapkan harga minyaknya.
Hal tersebut diungkapkan Gubernur Ebrahim Sheibany dalam wawancara dengan Dow Jones News Service, Selasa (27/3) malam, di sela-sela acara Islamic Finance Forum yang berlangsung di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur.
"Itu rencana ke depan, kita sedang mengkajinya, " kata Sheibany.
Ia melanjutkan, "Lebih dari 50 persen pendapatan Iran dari minyak dibayarkan dalam mata uang lain. Kami akan mengurangi penggunaan dollar dan akan meminta klien-klien kami untuk membayar dalam mata uang lain. "
Saat ini, yang berlaku di pasar global, harga minyak ditentukan dalam dollar per barel. Menurut Sheibany, hampir semua konsumen minyak Iran berasal dari Eropa dan sebagian konsumennya di Asia sudah setuju untuk melakukan pembayaran dengan mata uang selain dollar.
"Bahkan jika kami dapat dollar, kami akan langsung menukarnya dengan mata uang lain. Jepang sudah menyatakan tidak keberatan untuk membayar dengan mata uang yen, " tukas Sheibany.
Sheibany mengungkapkan, dalam tahun fiskal yang berakhir pada 20 Maret 2007 kemarin, pendapat negara Iran dari hasil penjualan minyak mencapai 45 milyar dollar.
"Tanpa hubungan ekonomi dengan Washington, Iran baik-baik saja dan dengan sempurna berhasil mengontrol stabilitas mata uangnya, " tandas Sheibany.
"Kami tidak menghadapi masalah. Kami berdagang dengan lebih dari 70 negara di Asia dan Eropa, " sambungnya.
Kawasan Teluk Ikuti Langkah Iran
Langkah Iran ntuk mulai meninggalkan dollar, nampaknya akan diikuti oleh negara-negara lainnya di kawasan Teluk. Eksekutif Dubai International Financial Centre (DIFC) Nasser al-Shaali menyatakan, bank sentral Uni Emirat Arab sudah mulai membeli euro, sebagai strategi untuk mengubah sekitar 10 persen dana simpanan cadangan negaranya ke dalam mata uang tunggal euro, sebelum akhir tahun 2007.
"Di masa depan, kemungkinan besar, kami memprediksikan bahwa perekonomian di kawasan Teluk juga akan mengadopsi mata uang China, Yuan, " ujar al-Shalli saat pertemuan tingkat tinggi Middle East Investment.
Ia menyatakan, strategi investasi Dubai Holdings, Kuwait Investment Authority dan lembaga keuangan lainnya, mulai agresif mengalihkan perhatiannya pada kesempatan investasi di kawasan Asia Timur, bekerja sama dengan banyak institusi dan investor-investor lokal.
Selain Uni Emirat Arab, negara Teluk lainnya seperti Arab Saudi, Qatar, Oman dan Bahrain juga menyatakan akan melepaskan ketergantungannya pada dollar, sebagai persiapan rencana pemberlakuan mata uang bersama di kawasan itu pada tahun 2010. (ln/aljz/IHT)