Iran dan negara-negara Arab mendesak PBB segera mengambil tindakan terhadap Israel, menyusul pernyataan PM Israel, Ehud Olmert soal senjata nuklir yang dimiliki rejim Zionis itu.
Olmert, dalam pernyataannya Senin (11/12) kemarin, entah sengaja atau tidak mengakui bahwa Israel memiliki persenjataan nuklir. Oleh Iran, pernyataan Olmert itu dianggap sebagai pengakuan dan Iran pun mendesak PBB agar segera mengambil tindakan terhadap Israel.
"Pengakuan ini menunjukkan adanya ancaman yang nyata terhadap keamanan dan stabilitas di Timur Tengah dan menunjukkan bahwa rejim yang jahat ini punya rencana untuk melakukan ancaman-ancaman, strategi teror dan melanjutkan pendudukan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Muhammad Ali Husseini.
Oleh sebab itu, menurut Husseini, "Sangat penting bagi Dewan Keamanan PBB, Organisasi Konferensi Islam dan orgnisasi-organisasi regional lainnya, untuk segera mengadopsi solusi yang cepat dan efisien untuk mengantisipasi ancaman yang nyata ini."
Liga Arab juga mendesak dunia internasional dan Dewan Keamanan PBB melakukan tekanan terhadap Israel agar bersikap transparan soal fasilitas-fasilitas nuklirnya.
"Sangat penting bagi Israel harus mematuhi resolusi internasional," kata Muhammad Sobeih, asisten sekretaris jenderal Liga Arab untuk urusan Palestina pada para wartawan di Kairo.
Liga Arab yang beranggotakan 22 negara Arab ini menyerukan pada negara-negara yang menawarkan bantuan pada Israel, khususnya yang menyangkut isu uraniumnya agar bicara secara terbuka.
"Semua orang tahu Israel memiliki senjata pemusnah massal yang bisa mencapai jarak sejauh 2.000 kilometer dan semua ibukota Arab ada dalam jangkauannya," ujar Sobeih.
Dewan Kerjasama Kawasan Teluk yang beranggotakan negara Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tak mau ketinggalan. Dewan Kerjasama ini mendesak agar Israel dijatuhi sangsi.
Sekretaris Dewan, Abdul Rahman Al-Attiyah meminta agar AS tidak menerapkan standar ganda dan AS harus mengaplikasikan resolusi-resolusi internasional serta Chapter VII dalam piagam PBB, terhadap Israel.
Dalam Chapter VII disebutkan bahwa Dewan Keamanan PBB boleh mengambil tindakan terkait adanya ancaman dan pelanggaran terhadap perdamaian serta adanya tindakan agresi. Sebelum melakukan tindakan, langkah pertama, Dewan Keamanan memanggil semua anggotanya untuk menentukan sangsi, antara lain embargo hubungan ekonomi baik secara penuh atau sebagian atau pemutusan hubungan diplomatik. Jika langkah tersebut gagal, bisa dilakukan tindakan militer.
Masalah nuklir Israel mencuat setelah Olmert menyebut Israel sebagai salah satu negara yang memiliki senjata nuklir, dalam wawancara dengan tv Jerman. Tapi ia berdalih, Israel tidak pernah mengancam untuk memusnahkan negara lain, seperti yang dilakukan Iran.
"Iran secara terbuka pada publik dan secara eksplisit mengancam untuk menghapus Israel dari peta dunia. Dapatkah anda mengatakan bahwa levelnya akan sama, ketika mereka teraspirasi untuk memiliki senjata nuklir seperti Perancis, Amerika, Rusia dan Israel?," kata Olmert dalam wawancara itu.
Para petinggi di pemerintahan Israel sendiri nampaknya panik dengan ucapan Olmert itu. Juru bicara Olmert, Miri Eisin buru-buru mengeluarkan bantahan bahwa perdana menterinya mengakui bahwa Israel memiliki senjata nuklir. "Israel tidak akan menjadi negara pertama yang akan mengenalkan senjata nuklir di wilayah ini," ujar Eisin. Nah, jadi omongan siapa yang bisa dipercaya, Olmert atau juru bicaranya? (ln/arabnews)