International Atomic Energy Agency-IAEA memutuskan untuk mengajukan Iran ke Dewan Keamanan PBB terkait dengan program nuklir Iran. Namun Iran menegaskan keputusan itu akan menimbulkan ‘bahaya dan rasa sakit’ bagi AS atas sangsi yang didesakkan AS di Dewan Keamanan.
Ketua Delegasi Iran di IAEA Javad Vaeedi menyatakan, "Jika AS memang ingin memilih jalan itu, biarkan saja bola itu menggelinding."
Direktur IAEA Muhammad El Baradei pada Dewan Keamanan PBB melalui email mengatakan, akan membentuk bagian dari basis atas tindakan PBB terhadap program nuklir Iran. Menurut para diplomat, perdebatan tentan nuklir Iran kemungkinan akan dimulai minggu depan.
Dewan Keamanan kemungkinan akan mengambil tindakan hukum atau sangsi, tapi sampai detik ini belum jelas apakah anggota Dewan Keamanan yang lain akan mendukung sangsi itu. Tapi Rusia Rabu (8/3) kemarin mengatakan, menjatuhkan sangsi pada Iran tidak akan efektif untuk meyakinkan Tehran agar mengesampingkan ambisi program nuklirnya.
Setelah bertemu dengan Sekjen PBB Kofi Annan, Menlu Rusia Sergei Lavrov pada para wartawan menyatakan, dirinya menentang tindakan militer dan mempertanyakan langkah-langkah yang kemungkinan diusulkan Barat pada Dewan Keamanan.
Lebih lanjut Javad mengatakan, "AS mungkin punya kekuatan untuk menimbulkan bahaya dan rasa sakit tapi AS juga rentan untuk terkena bahaya dan mengalami rasa sakit itu."
Iran sebelumnya sudah mengancam akan menimbulkan masalah bagi AS di Timur Tengah. Sebagai negara penghasil minyak ke-4 terbesar di dunia, Iran menyatakan akan mengkaji ulang kebijakan ekspor minyaknya jika masalah nuklir Iran dibawa ke Dewan Keamanan PBB.
Ditanya apakah Iran akan memanfaatkan minyaknya sebagai ‘senjata’, Javad Vaeedi mengatakan, untuk saat ini mungkin belum, tapi jika situasi berubah, Iran akan mengkaji ulang kebijakan minyaknya. Ia menegaskan, Iran tetap terbuka untuk bernegosiasi tapi akan tetap terus melakukan riset nuklirnya atas dasar ‘hak’ mereka sebagai negara di dunia. (ln/aljz)