Irak Akan Larang Impor Pistol Mainan Anak-Anak

Irak akan mengeluarkan undang-undang yang melarang impor pistol mainan untuk anak-anak, karena pistol mainan itu dianggap mendorong anak-anak Irak untuk melakukan kekerasan.

"Anak-anak kita sudah terlalu banyak menyaksikan tindak kekerasan yang disiarkan televisi, mereka memainkannya dalam video game, mereka mendengar orang tua mereka membicarakan soal kekerasan setiap hari. Kekerasan seperti berserakan di jalan-jalan, " kata Samira al-Mussawi, wakil ketua komite perempuan dan anak-anak di parlemen Irak.

Ia menambahkan, anak-anak tidak membedakan antara pistol mainan dengan kenyataan. "Mereka memainkannya tanpa tahu realitas dari kekerasan atau pembunuhan. Kita harus menghentikan mainan-mainan seperti ini dan memberikan mainan lain pada anak-anak kita, yang bisa membantu meningkatkan kecerdasan mereka, " papar al-Mussawi.

Menurutnya, draft undang-undang yang melarang impor pistol mainan anak-anak sudah disetujui kabinet pemerintah Irak dan diharapkan sudah bisa dibahas di parlemen akhir minggu ini.

Al-Mussawi juga mendesak kementerian pendidikan agar disekolah-sekolah diberikan mata pelajaran yang terkait dengan rekonsiliasi dan resolusi konflik tanpa kekerasan.

Lebih lanjut ia mengatakan, anggota komitenya, mendukung upaya yang dilakukan militer Irak untuk menyita pistol-pistol mainan, dengan mendatangi sekolah-sekolah dan meminta siswa-siswanya agar menyerahkan pistol mainan mereka. Sebagai gantinya, anak-anak diberikan mainan yang lebih merangsang daya kreatifitas mereka.

Pistol mainan anak-anak yang banyak beredar di Irak, kebanyakan adalah barang impor dari China. Menurut para pedagang mainan di Negeri 1001 Malam itu, pistol mainan menjadi mainan yang paling banyak diminati anak-anak Irak baik anak perempuan maupun laki-laki.

Harga satu pistol mainan berkisar antara 5.000 sampai 40.000 dinar atau sekitar 4-32 dollar AS. Pistol mainan yang paling laku keras adalah jenis pistol MP7Al karena bentuknya mirip pistol yang sering dilihat anak-anak dalam film-film Amerika.

Para guru di Irak mengungkapkan, dengan pistol mainan itu anak-anak kerap memainkan perang-perangan atau berpura-pura jadi polisi atau perampok. Di beberapa kawasan di Irak, anak-anak berpura-pura menjadi polisi yang sedang melawan kelompok teroris atau menjadi tentara yang sedang melawan kelompok al-Qaidah.

Dalam studi psikologi yang pernah dilakukan terhadap anak-anak Irak setelah invasi AS, ditemukan fakta bahwa insiden-insiden kekerasan sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan anak-anak Irak. "Dalam pikiran mereka hanya ada senjata, peluru, kematian dan ketakutan terhadap penjajahan AS, " kata juru bicara Association of Psycologist of Iraq (API) Marwan Abdullah, menjelaskan hasil studi yang dilakukan tahun 2006 lalu. (ln/al-arby)