Intelejen Pakistan-AS Cari Petunjuk Dalang Serangan Bom di Hotel Marriot, Islamabad

Tim penyelidik Pakistan meneliti puing-puing Hotel Marriot untuk mencari petunjuk siapa pelaku serangan bom yang menewaskan 53 orang itu. Pemerintah Pakistan menawarkan hadiah sebesar 1,6 juta dollar bagi mereka yang bisa memberikan informasi tentang pelaku pengeboman yang menjadi aksi serangan bom terburuk di Pakistan.

Sejauh ini belum ada kelompok di Pakistan yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom tersebut. Namun intelejen Pakistan dan AS meyakini pelakunya antara Taliban dan al-Qaidah atau kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan kedua kelompok tersebut.

Seorang investigator senior Pakistan mengatakan, serangan bom Hotel Marriot mirip dengan serangan ke kantor Federal Investigation Agency di timur kota Lahore yang terjadi bulan Maret lalu dan menewaskan 20 orang. Dan cara-cara yang digunakan, menurut penyelidik senior itu, merupakan cara yang sering dilakukan kelompok al-Qaidah.

Dari 53 korban tewas, sebelas diantaranya adalah warga negara asing, termasuk dua personel militer AS dan Duta Besar Cekoslovakia, Ivo Zdarek.

Serangan bom ke Hotel Marriot terjadi tidak lama setelah Presiden Pakistan yang baru Asif Ali Zardari memberikan pidatonya di gedung parlemen yang terletak hanya beberapa meter dari Hotel Marriot. Dalam pidatonya, Zardari mengatakan terorisme ibarat penyakit kanker di Pakistan.

"Kami bertekad, dengan kehendak Tuhan, akan membebaskan negara ini dari penyakit kanker itu. Kami tidak akan bisa dihalang-halangi oleh para pengecut," kata Zardari yang kini sudah terbang ke New York untuk menghadiri sidang Dewan Umum PBB. Selama di New York, Zardari akan melakukan pertemuan dengan Presiden AS, George W. Bush.

Ironis, tak lama setelah itu, sebuah truk yang diduga bermuatan sekitar 600 kilogram bahan peledak, termasuk mortir dan granat, mendekat ke Hotel Marriot dan terjadilah insiden tragis itu. 

Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani menyebut serangan bom di Hotel Marriot, Islamabad sebagai upaya untuk mengganggu "stabilitas demokrasi" di Pakistan. Untuk itu, pemerintah Pakistan memobilisasi semua front untuk melakukan perlawanan terhadap aksi-aksi kekerasan, bahkan menawarkan hadiah sebesar 1,6 juta dollar bagi mereka yang bisa memberikan informasi yang mengarah pada siapa pelaku serangan bom di Hotel Marriot.

Menteri Dalam Negeri Pakistan, lewat penasehatnya Rehman Malik menyatakan, pemerintah Pakistan akan melakukan operasi-operasi militer ke sejumlah "hotspot" di wilayah perbatasan Pakistan-Afghanistan.

Target Utamanya Marinir AS?

Sejumlah intelejen senior AS mengungkapkan, target utama serangan bom ke Hotel Marriot adalah anggota marinir AS yang menginap di Hotel Marriot pada malam kejadian.

"Saya tidak bisa mengatakan berapa jumlahnya, tapi sejumlah marinir AS diinapkan di Marriot malam itu, sementara Laksamana Michael Mullen (Kepala Staff Angkatan Bersenjata AS) sedang melakukan pertemuan dengan perdana menteri dan kepala angkatan bersenjata Pakistan di Islamabad," kata seorang intelejen senior AS yang menolak disebut jati dirinya.

Sumber intelejen AS lainnya mengatakan, sejumlah anggota marinir AS itu dikirim ke Pakistan untuk melakukan sejumlah "operasi khusus" di kawasan pedalaman Pakistan yang selama ini dicurigai menjadi basis kelompok Taliban dan al-Qaidah.

Pentagon sendiri sudah memastikan dua anggota marinirnya tewas dalam serangan bom di Hotel Marriot hari Sabtu kemarin.(ln/berbagai sumber/pic:BBC)