Laporan strategis tahunan dari unit intelejen militer Israel menyimpulkan ada dua perkembangan penting di Timur Tengah yang berpihak pada Israel selama tahun 2007.
Dua perkembangan penting itu adalah Konferensi Annapolis dan krisis kepemimpinan di Libanon. Sedangkan dalam aspek tantangan terberat, unit intelejen Israel itu menyebutkan bahwa missil Al-Qassam yang dilontarkan Hamas diprediksi menjadi ancaman terbesar tahun 2008.
Demikian kesimpulan laporan intelejen yang dipaparkan dalam harian Yodiot Aharonot Israel pada hari Ahad kemarin (16/12). Krisis politik yang menerpa Libanon terkait pemilu presiden dianggap sebagai perkembangan positif yang menguntungkan secara strategis bagi Israel. Karena krisis tersebut akan menyibukkan Hizbullah dan Suriah sehingga mereka tidak akan melakukan serangan yang biasa dilakukan oleh penjajah Palestina, Israel. “Krisis itu menyibukkan ancaman bahaya perang terhadap Israel di Timur Tengah, ” tulis harian Yodiot Aharonot.
Setelah dua tahun krisis Libanon, pasca terbunuhynya PM Libanon Rafiq Hariri tanggal 14 Februari 2005, hingga kini, krisis itu masih runcing dirasakan antara kelompok pro oposisi yang didukung Suriah dan Iran, dengan kelompok dominan yang didukung oleh AS. Kini Libanon tengah menggodok revisi undang-undang pemilihan Presiden agar komandan militer Sulaiman menjadi Presiden bagi Libanon.
Libanon sejak dua tahun terakhir menyaksikan aksi pembunuhan gelap. Korban pembunuhan terakhir adalah Fanso Al-Haj, yang menjadi komando militer Libanon sekaligus calon pengganti Presiden.
Laporan intelejen Israel juga menyebutkan Konferensi Annapolis sebagai keuntungan di tahun 2007 bagi Israel. Dari perundingan itu disebutkan Annapolis telah memberi kontribusi penting yang kian memantapkan posisi Israel dan AS di Palestina dan wilayah Timur Tengah secara umum. Keuntungan lain yang tak kalah penting adalah kehadiran para pemimpin negara Arab yang menunjukkan bahwa mereka siap bekerjasama dengan Washington dan Tel Aviv untuk menumpas organisasi Islam teroris versi Israel, dalam hal ini adalah Hamas.
Parahnya, rekomendasi yang disepakati para pemimpin Arab dalam konferensi itu tidak ada satupun poin yang mengikat Israel sebagai penjajah dan pembantai rakyat Palestina. Israel dalam kesepakatan Annapolis hanya menyatakan siap untuk memulai dialog terhadap solusi tuntas terhadap permasalahannya dengan Palestina, tanpa ada tenggat waktu.
Sementara itu, dalam laporan intelejen Israel itu juga diebutkan bahwa ancaman terbesar tahun 2008 adalah serangan rudal Hamas. Diperkirakan, Hamas dengan Izzuddin Al-Qassamnya memiliki kemampuan modifikasi rudal yang semakin baik. “Kesuksesan Hamas memodifikasi rudal Al-Qassam kian mengancam permukiman Israel yang bertetangga dengan Ghaza, ” ujar laporan tersebut. (na-str/iol)