Sebuah institusi penjajah yang mengatasnamakan sebuah negara, Israel, merupakan institusi yang nyaris tak tersentuh dalam upaya mengembangkan teknologi persenjataan dan perang. Mereka juga konon terlatih baik dalam aksi intelejen dan kontra intelejennya.
Namun kini, badan intelejen umum Israel, Shabak, bertanya kepada diri mereka sendiri, “Kopral Shalit, di Mana Kau?” Berhari-hari, Israel melakukan serangan hebat ke wilayah Ghaza sekaligus menebar mata-mata di kota kecil tersebut untuk memperoleh informasi keberadaan Shalit. Tapi upaya itu tak membuahkan hasil apapun, hingga hari ini.
“Inilah hasil kerja besar dari sistem perlindungan dan intelejen yang dimiliki Palestina,” demikian pendapat sejumlah pengamat dan pakar Timur Tengah. Pada Islamonline, mereka menyatakan, keberhasilan pejuang Palestina menyembunyikan sandera Kopral Shalit dari pandangan mata Israel menambah populernya kiprah pejuang Palestina setelah sebelumnya mereka sukses melakukan serangan berani, menyusup ke wilayah Israel dalam opersi Waham Mtabaddid.
Hane Mishri, pengamat sekaligus penulis Palestina asal Ramallah menjelaskan betapa mahalnya keberhasilan pengamanan Palestina yang bisa dipetik dari peristiwa Shalit. Ia mengatakan, “Israel selama ini akan tetap berusaha menolak tawaran perundingan untuk barter tawanan dengan Palestina dan kopral Shalit. Mereka masih berupaya keras melacak keberadaan Shalit untuk membebaskannya, tanpa harus tukar tawanan.
Israel memang tidak ingin, pejuang Palestina memetik hasil perundingan ini dan metode ini dikhawatirkan menjadi andalan Palestina untuk meraih keinginannya.” Hane melanjutkan, “Dalam situasi Shalit tak kunjung ditemukan maka ini pasti akan memberi guncangan besar pada publik politik dan keamanan Israel.
Hane melanjutkan, kemampuan pejuang menyembunyikan sandera Israel adalah prestasi penting yang akan semakin memperkuat mentalitas dan semangat perlawanan mereka. “Jarang sekali ada kelompok yang berhasil menyembunyikan sanderanya tanpa ada informasi yang bocor. Bahkan mungkin, jarang sekali negara maupun sayap intelejen dan pengamanan manapun yang bisa melakukan hal ini,” ujar Hane.
Sejalan dengan pendapat Hane, seorang penulis dan pengamat politik Asyraf Ajrami, juga mengatakan pada Islamonline, “Kemampuan perlawanan menyembunyikan Shalit adalah prestasi. Israel selama ini membanggakan intelejennya yang kuat dan mengakar di Palestina. Sudah menjadi rahasia umum, bila Israel memberdayakan banyak penduduk Palestina sebagai mata-mata mereka. Ditambah lagi dengan teknologi intelejen dan militer yang begitu canggih, seperti pesawat maupun balon spionase, juga peralatan pengintai dan sebagainya. Juga, serangan besar yang dikerahkan ke Ghaza, guna mendapatkan informasi keberadaan Shalit. Tapi Israel kali ini seperti menemui jalan buntu. Kopral Shalit seperti ditelan bumi. Inilah prestasi besar perlawanan pejuang Palestina.”
Menurutnya, kelak jika Israel tak mampu juga mengendus keberadaan Shalit, Israel akan terpaksa meminta pihak ketiga untuk menyelesaikan krisis ini. Selama ini, Israel tetap pongah dan menolak semua upaya perundingan. Berdo’alah untuk Palestina. Semoga Allah memberi kekuatan dan kesabaran kepada bangsa Palestina dan para pejuangnya. (na-str/iol)