Inspeksi yang dilakukan sejumlah perwakilan Knesset di Yerusalem mengungkap adanya proyek penggalian lubang bawah tanah baru yang dilakukan Tim Peninggalan Sejarah Israel, di samping Masjid Al-Aqsha.
Para utusan Knesset itu datang bukan untuk mengungkap fakta untuk kaum Muslimin, pemilik Masjid Al-Aqsha. Misi mereka malah sebaliknya, untuk lebih meyakinkan publik bahwa Israel mempunyai hak sejarah di Yerusalem.
Mereka mengatakan, target inspeksi mereka memang ditujukan guna menegaskan hak orang Yahudi secara historis di Yerusalem. Fakta itu akan mereka gunakan untuk menolak pembagian Yerusalem dengan Palestina sebagaimana poin yang akan diusulkan dalam perundingan Annapolis.
Koresponden Aljazeera menyebutkan, sejumlah penggalian baru dilakukan di perkampungan bernama Salwan, meliputi beberapa lubang baru yang sudah dekat dengan masjid Al-Aqsha.
Knesset Israel memang telah sepakat menempuh langkah guna menghalangi upaya pembagian Yerusalem dengan Palestina. Mereka sepakat pula untuk tidak menerima apapun usulan yang akan menjadikan Palestina menguasai sebagian wilayah Yerusalem, dalam perundingan damai apapun.
Undang-undang Israel tahun 1980 yang salah satu isinya menetapkan bahwa Yerusalem adalah sepenuhnya menjadi ibukota Israel, akan terus mereka perjuangkan. Jadoun Saer, wakil Knesset asal Partai Likud menegaskan,
“Semua rakyat Israel dan Parlemen menolak langkah apapun yang diajukan untuk mengalah dalam soal Yerusalem. ” Hayem Ramoun, wakil PM Israel juga menyatakan bahwa Israel tidak siap berdialog dalam konteks berbagi Yerusalem
Sementara sebelumnya, Olmert pernah mensinyalir kemungkinan ada bagian dari Yerusalem yang diserahkan kepada pihak Palestina, melalui perundingan Annapolis. (na-str/aljzr)