foto: Kepala Biro Al-Jazeera di Washington
Acara penggalangan dana untuk sebuah museum di kota Maine, AS terpaksa dipindahkan ke sebuah lokasi yang dirahasiakan karena diprotes oleh kelompok Tea Party. Kelompok yang dikenal anti-Islam dan anti-Muslim ini tidak senang melihat kepala biro Al-Jazeera Washington–stasiun televisi yang berbasis di Qatar–Abdurrahim Foukara diundang dalam acara pengumpulan dana itu.
Para pendukung Tea Party di kota Maine menilai Al-Jazeera tidak lebih sebagai "corong" para islamis radikal. "Banyak orang yang tak begitu senang dengan para ekstrimis muslim, dan Al-Jazeera memiliki kecenderungan suka menyebarluaskan aksi-aksi terorisme," kata Pete Harring, tokoh Tea Party di Maine.
Warga Maine lainnya, Mackenzie Andersen bahkan menuding Al-Jazeera sebenarnya adalah wadah untuk merekrut para jihadis.
Tak bisa dipungkiri, sikap anti-Islam dan prasangka buruk terhadap hal-hal yang bernuansa Timur Tengah, sudah begitu mengurat akar di sebagian masyarakat AS. Sikap ini bahkan sudah menghambat kebebasan arus informasi di AS, negara yang mengklaim demokratis dan menghormati hak asasi.
Karena dianggap mempromosikan kekerasan dan "corong" islamis radikal, pemerintah AS melarang siaran Al-Jazeera di wilayah negaranya, meski para analis media menolak anggapan bahwa Al-Jazeera menyebarkan agenda para islamis radikal, Saat ini Al-Jazeera hanya bisa dinikmati oleh empat komunitas di AS.
"Saya menantang siapa saja yang merasa bahwa jaringan televisi ini merupakan aparatur terorisme, untuk lebih dulu menyaksikan acara televisi ini, itupun jika mereka pernah menonton siaran Al-Jazeera," kata Profesor Justin Martin. Menurutnya, jika dibandingkan dengan Fox News, propaganda yang disiarkan Fox News yang kadang justru membuatnya syok.
Survei yang dilakukan majalah Time bulan Agustus 2010, menunjukkan tingginya sikap tidak toleransi dan penyimpangan informasi di AS. "28 persen responden tidak percaya bahwa seorang muslim boleh mendapatkan posisi di Mahkamah Agung AS. Hampir sepertiga responden berpendapat bahwa orang-orang yang patuh pada ajaran Islam, tidak boleh ikut pemilu presiden," demikian hasil survei tersebut.
Yang paling menyedihkan adalah, rasa curiga dan kebencian terhadap Islam dan Muslim ternyata karena sebagian besar masyarakat AS minim pengetahuan tentang Islam dan Muslim. Hasil survei Pew Forum pada bulan September 2010 menunjukkan, hanya setengah dari masyarakat AS yang disurvei tahu bahwa Al-Quran adalah kita suci umat Islam. Hasil survei lainnya, ternyata kurang dari sepertiga responden yang tahu bahwa mayoritas pendudukan Indonesia adalah Muslim.
Minimnya pengetahuan dan tidak akuratnya informasi tentang Islam dan Muslim di AS menjadi faktor yang memicu makin meluasnya sikap kebencian dan ketakutan berlebihan terhadap Islam dan Muslim di kalangan masyarakat AS. (kw/theProgressive)