Dia mengatakan, daun pohon anggur yang halus tergores pada pilar menyerupai yang terlihat di Samarra. Ia mengacu pada ibukota Islam yang berkuasa pada abad ke-9, yang dikuasai Kerajaan Abbasiyah yang terbentang dari Tunisia hingga Pakistan.
Namun, masjid di Balkh itu bisa berusia lebih tua lagi. Karena penanggalan karbon dan sumber sejarah menunjukkan bahwa bangunan itu bisa saja telah dibangun pada awal tahun 794.
Julio Sarmiento-Bendezu, Direktur Delegasi Arkeologi Prancis di Afghanistan, yang memimpin penggalian di lokasi tersebut, mengatakan, bangunan itu menunjukkan bahwa masjid pada Kekaisaran Abbasid telah dipengaruhi oleh Afghanistan. “Masjid ini luar biasa dalam keindahannya, konservasi, dekorasi, dan keilmuan yang dimilikinya,” kata Bendezu.
Namun, masjid yang memiliki nama Persia ‘Noh Gonbad’ itu baru ditemukan kembali secara kebetulan. Pada akhir 1960an, seorang arkeolog Amerika bepergian di wilayah tersebut dan meminta masyarakat setempat untuk membawanya ke sebuah masjid yang dihancurkan oleh Genghis Khan, kaisar Mongol yang mengamuk di sepanjang wilayah tersebut pada awal abad ke-13.
Penduduk desa kemudian membawanya ke kuil yang sepi dan setengah terkubur ini, yang berada sekitar 20 km sebelah barat Mazar i-Sharif. Begitu ditemukan, bangunan tersebut kembali merana saat perang berkecamuk di Afganistan. Pertumpahan darah menyelimuti negara tersebut dalam beberapa dasawarsa. Baru pada 2006, penggalian mulai dilakukan di lokasi tersebut.
“Awalnya kami mengira itu adalah monumen yang terisolasi, tapi saat kami melanjutkan, kami melihat bangunan itu menempel pada struktur tua lainnya,” kata Sarmiento-Bendezu.