Eramuslim.com – Jibril AS memiliki kedudukan yang agung di sisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya Aquran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril) yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (QS. at-Takwir:19-21).
Meskipun sedemikian agung kedudukannya di sisi Allah SWT, Jibril senantiasa takut apabila suatu hari kehilangan rida Allah SWT.
Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran bahwa Umar bin Khathab ra meriwayatkan rangkaian pembicaraan yang berlangsung antara Rasulullah SAW dengan Jibril AS.
Suatu hari Jibril menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan kabar kedahsyatan neraka.
Jibril berkata, “Neraka itu hitam pekat, bunga apinya tidak dapat meneranginya, nyalanya tidak dapat dipadamkan. Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, wahai Muhammad, seandainya sebesar lubang jarum dibuka dari jahanam, niscaya seluruh yang ada di permukaan bumi mati karena panasnya.”
“Demi Dzat yang mengutusmu dengan hak, seandainya penjaga neraka jahanam menampakkan dirinya kepada penghuni bumi, niscaya semua orang yang ada di muka bumi ini mati, karena begitu buruk mukanya dan begitu busuk baunya!”
“Demi Dzat yang mengutusmu dengan hak, seandainya satu mata rantai penghuni neraka, yang diterangkan Allah dalam Kitab-Nya yaitu surah Al-Haqqah ayat 32. Dan belitlah ia dengan rantai yang panjangnya 70 hasta dan diletakkan di atas gunung-gunung dunia, niscaya akan hancur berkeping-keping bahkan bumi pun ikut hancur.”
“Cukup!” kata Rasulullah SAW kepada Jibril, “Agar hatiku tidak gemetar yang mengakibatkan kematianku.” Jibril pun menangis. Ketika melihatnya menangis Rasulullah bertanya keheranan, “Mengapa engkau menangis, wahai Jibril, sedangkan engkau punya kedudukan mulia yang dianugerahkan Allah kepadamu?”