Inggris Nyatakan Hizbullah dan Sayap Militernya Sebagai Kelompok Teroris

Inggris hari Rabu kemarin mengumumkan bahwa mereka memasukkan gerakan Hizbullah di Libanon ke dalam daftar kelompok teroris dan melarang eksistensi Hizbullah dan sayap-sayap militernya.

Dalam pengumuman yang disampaikan Kementerian Dalam Negeri Inggris disebutkan, siapa pun yang menjadi anggota Hizbullah, memberikan dana dan menyatakan dukungannya pada Hizbullah akan dianggap telah melakukan tindakan kriminal.

Kementerian Dalam Negeri mengambil keputusan itu, dengan alasan Hizbullah dan kelompok-kelompoknya telah membantu para pejuang di Irak dan Palestina, yang oleh Inggris disebut kelompok teroris.

Sebelumnya, Inggris menyatakan melarang organisasi External Security Organization (ESO) Hizbullah, juga dengan alasan sebagai kelompok teroris.

"Sayap militer Hizbullah memberikan bantuan secara aktif pada para militan di Irak, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan terhadap pasukan koalisi dan warga sipil Irak, serta memberikan pelatihan bagi para pelaku bom bunuh diri. Mereka juga membantu kelompok-kelompo teroris Palestina, seperti kelompok Jihad Islam, di wilayah pendudukan di Palestina, " papar Tony McNulty, seorang pejabat di Kementerian Dalam Negeri Inggris.

Ia menambahkan, "Isolasi terhadap sayap-sayap militer Hizbullah, tidak akan memperngaruhi legitimasi peran Hizbullah di bidang politik, sosial dan kemanusiaan yang mereka lakukan di Libanon. Tapi kebijakan ini merupakan pesan yang tegas bahwa kami mengecam kekerasan Hizbullah dan dukungannya terhadap terorisme."

Sebuah tuduhan yang mengada-ada sebenarnya, mengingat Inggris bersama sekutunyalah yang telah menimbulkan kekacauan di Irak, termasuk di Palestina.

Menanggapi keputusan pemerintah Inggris yang memasukkan Hizbullah dan sayap-sayap militernya ke dalam daftar organisasi teroris, pimpinan Hizbullah Hassan Nasrallah dalam pidatonya menyatakan tidak terkejut dengan sikap Inggris itu.

"Ini bukan hal yang mengejutkan, karena dilakukan oleh negara yang membangun entitas Zionis, " tukas Nasrallah mengacu pada mandat Inggris yang memberikan peluang didirikannya negara Zionis Israel di atas tanah bangsa Palestina pada tahun 1948.

Nasrallah malah menyatakan keputusan Inggris itu sebagai "kehormatan" buat Hizbullah. "Tiap kali keluar keputusan yang melarang gerakan perlawanan… kami menganggapnya sebagai medali kehormatan dan menjadi bukti bahwa kami berada di jalan yang benar, berjuang untuk rakyat, " tandas Nasrallah.

"Cuma, yang mencurigakan adalah waktunya, yang bersamaan dengan kesepakatan pertukaran tawanan antara Hizbullah dan Israel, " tukasnya.

Dalam pernyataannya hari Rabu kemarin, Nasrallah memastikan bahwa pihaknya menyetujui pertukaran tawanan dengan Israel, yang akan dilakukan dalam dua minggu mendatang. Ia tidak mau menyebutkan tanggal yang pasti bagi pertukaran tawanan itu, tapi hanya mengatakan "lebih cepat pertukaran tawanan dilakukan, lebih baik."

Berbagai kalangan, antara lain Hamas dan pemerintah Libanon menilai, kesepakatan pertukaran tawanan ini adalah kemenangan bagi Hizbullah. Sementara di Israel, pemerintahan Olmert menuai kecaman karena menyatakan bersedia melakukan kesepakatan dengan Hizbullah (ln/iol/al-araby)