Surat kabar Inggris Times menurunkan laporan tentang kesepakatan rahasia antara pasukan Inggris di Basra dengan pasukan pejuang Syiah di Irak, Tentara Mahdi. Berdasarkan kesepakatan itu, pasukan Inggris tidak boleh terlibat dalam operasi-operasi keamanan yang digelar militer Irak terhadap para pejuang Tentara Mahdi. Akibatnya, operasi keamanan militer Irak di Basra tersendat-sendat dan tidak berjalan sesuai rencana.
Awal pada bulan Maret lalu, ketika militer Irak mengumumkan akan menggelar operasi besar-besaran di kota Basra untuk memberangus kelompok pejuang Syiah Tentara Mahdi. Sejak awal, pasukan Inggris yang memang ditempatkan di Basra mengatakan bahwa operasi itu direncanakan, dipimpin dan dilakukan oleh pihak Irak.
Namun pertanyaan tetap bermunculan, mengapa Inggris begitu lambat mengirimkan pasukannya ke medan tempur di Basra. Inggris baru mengerahkan pasukannya dari bandara Basra ke dalam kota, setelah pertempuran berlangsung satu minggu lamanya. Sehingga operasi yang digelar militer Irak tidak berjalan seperti yang direncanakan.
Inilah yang menimbulkan spekulasi adanya kesepakatan antara pasukan Inggris dan Tentara Mahdi, seperti yang ditulis Times. Yang jelas, Kementerian Pertahanan Inggris membantah spekulasi itu. Meski ada fakta bahwa pasukan Inggris punya hubungan yang cukup dengan kelompok milisi di Basra, yang memungkinkan kesepakatan rahasia itu terjadi.
BBC, mengutip keterangan sumber-sumber di kalangan intelejen militer yang mengatakan bahwa pihak Inggris selama bertahun-tahun sering melakukan pembicaraan dengan kelompok-kelompok pejuang Syiah di Irak, termasuk Tentara Mahdi. Frekuensi pembicaraan itu sempat menurun pada saat perlawanan hebat yang dilakukan para pejuang Syiah tahun 2004.Dan belakangan ini, besar kemungkinan ada kesepakatan-kesepakatan khusus antara keduanya.
Komandan senior Tentara Mahdi di Basra Ali al-Salman pada BBC mengungkapkan, ia pernah menghadiri tiga pertemuan dengan seorang pejabat militer Inggris dan seorang warga sipil Inggris antara tanggal 8-10 Februari 2007. Menurutnya, seorang kolonel dari militer Irak dan anggota Tentara Mahdi yang ditahan pasukan Inggris, Ahmad Al-Fartusi juga hadir dalam pertemuan itu.
Ali al-Salman mengatakan, pertemuan itu menghasilkan kesepakatan di mana 60 tawanan Syiah dibebaskan. Pasukan Inggris juga setuju untuk tidak lagi melakukan patroli di Basra dan Tentara Mahdi sepakat untuk tidak menjadikan tentara-tentara Inggris sebagai target serangan mereka. Tetapi, masih menurut al-Salman, pasukan Inggris tidak menepati janjinya karena ikut serta dalam operasi militer Irak yang digelar di Basra pada April 2008.
Namun semua informasi itu dibantah oleh juru bicara militer Inggris, yang menyatakan bahwa tentara Inggris harus menegakkan moral dengan tidak membuat kesepakatan dengan kelompok yang telah membunuh rekan mereka.
Apapun alasannya, mengapa pasukan Inggris begitu lambat memberikan bantuan pada pasukan militer Irak dalam operasi militer di Basra, masih menjadi tanda tanya besar yang serius untuk militer dan kementerian pertahanan Inggris. (ln/bbc)