India Berlakukan Jam Malam dan Tangkapi Pimpinan Masyarakat Kashmir

Warga Muslim Kashmir mengungkapkan kemarahannya, setelah otoritas India memutuskan untuk memberikan sebidang tanah di wilayah Kashmir untuk keperluan para peziarah Hindu. Untuk mengantisipasi kemarahan warga Muslim di Kashmir, India memberlakukan kebijakan jam malam.

Kasus inilah yang beberapa hampir sebulan ini memicu aksi-aksi protes Muslim Kashmir yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa di pihak Muslim. Namun otoritas India pada akhirnya lebih mementingkan warga Hindu dan memenuhi tuntutan mereka agar pemerintah India membebaskan sebidang lahan di Kashmir untuk membangun tempat-tempat penginapan bagi peziarah Hindu yang setiap tahun menggelar acara ritual keagamaan mereka di wilayah itu.

India sudah mengerahkan ribuan pasukan di Srinagar setelah menetapkan kebijakan jam malam. Sementara sebagian warga Muslim Kashmir menegaskan bahwa mereka tidak akan menyerah dan perjuangan akan terus dilakukan.

"Sudah banyak anak muda Kashmir yang menjadi korban selama kasus pertikaian tanah ini terjadi. Tapi semua pengorbanan itu seperti sia-sia saja. Darah kami seolah lebih murah dari setetes air. Rakyat tidak akan menyerah dan perjuangan akan dilanjutkan, " tukas Rahil Syaikh salah seorang warga desa di Kashmir.

Pemerintah India juga mengambil tindakan tegas terhadap tokoh-tokoh politik Kashmir yang dianggap menghasut warga Kashmir agar menuntut kemerdekaan dari India. Aparat India, hari Jumat kemarin menangkap Shabir Shah di bawah undang-undang Public Safety Act (PSA). Dengan menggunakan undang-undang ini, aparat berwenang India boleh menangkap seseorang dan memenjarakannya sampai dua tahun, tanpa proses pengadilan.

Selain Shabir Shah, tokoh pemimpin Kashmir yang ditangkap antara lain Asiya Andrabi, Syed Ali Shah Geelani, Mirwaiz Umar Farooq dan Yasin Malik dan India tidak memberikan batas waktu penahanan keempat tokoh tersebut. (ln/bbc)