Surat kabar Jerman edisi Minggu (22/5) Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung memuat wawancara dengan Imam Besar Al-Azhar Syaikh Ahmed Al-Tayeb. Dalam wawancara yang diklaim dilakukan harian itu di Kairo, Imam Al-Tayeb menyatakan bahwa Husni Mubarak sebaiknya diberi pengampunan daripada menuntutnya secara hukum.
Al-Tayeb menyarankan pengampunan, salah satunya atas dasar kondisi kesehatan Mubarak. "Harus dipertimbangkan pula bahwa Mubarak juga sudah melakukan banyak hal untuk Mesir. Dia sudah tua dan sakit-sakitan. Pengampunan harus diberlakukan di atas keadilan," demikian surat kabar Jerman itu mengutip pernyataan Al-Tayeb.
Pemimpin tertinggi institusi Suni itu juga mengatakan bahwa penggulingan pemerintahan Mubarak merupakan ungkapan dari keinginan seluruh rakyat Mesir yang berharap ada perubahan yang lebih baik di negerinya. Dan untuk pertama kalinya, pemimpin Al-Azhar itu mengatakan bahwa Al-Azhar mendukung penggulingan pemerintahan Mubarak yang dilakukan lewat revolusi rakyat.
Dalam wawancara tersebut, Al-Tayeb mengungkapkan keprihatinannya atas meningkatnya gesekan antara komunitas Muslim dan komunitas Kristen Koptik di Kairo. Menurutnya, gesekan yang kadang berujung bentrokan itu sengaja ditimbulkan oleh "kelompok kepentingan di luar Mesir." Ia menuding Barat sedang berusaha menimbulkan kekacauan di Mesir, dengan menggunakan isu sentimen agama.
"Muslim dan Kristen sudah hidup damai sejak masa awal pengenalan Islam di Mesir, 1.400 tahun yang lalu," kata Al-Tayeb.
Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kemungkinan kembalinya kekuasaan militer di Mesir, melihat perkembangan situasi di negerinya setelah tumbangnya Mubarak.
Al-Tayeb yang pernah mengenyam pendidikan di Prancis, mendapatkan posisi Imam Besar Al-Azhar karena ditunjuk oleh Mubarak. Ia adalah anggota partai Mubarak, tapi kemudian mundur setelah publik mengkritiknya bahwa Imam Besar Al-Azhar seharusnya tidak melibatkan diri dalam politik.
Al-Tayeb dikenal sebagai ulama modernis dan suka mengkritik kelompok-kelompok Islam garis keras. Ia sempat melontarkan kecaman pada pengunjuk rasa yang masih melakukan aksi protes di Tahrir Square, meski Mubarak sudah menjanjikan konsesi. Ia mengatakan, aksi protes yang terus berlanjut itu tidak dibenarkan menurut agama.
Sejauh ini, para ulama Al-Azhar lainnya belum berkomentar atas pernyataan Al-Tayeb bahwa Mubarak sebaiknya diberi pengampunan. (ln/DR)