Setelah dibebaskan, Nael menikah dengan tahanan perempuan yang telah dibebaskan, namanya Iman Nafi’. Ia menikah tanggal 18 November tahun yang sama, dan memulai hidup baru di desanya Kober, di mana ia bekerja mengolah tanah.
Sayang, kebebasanya juga hanya sementara saja. Sebab ia dikenakan tahanan rumah di Ramallah, di mana ia diharuskan datang tiap bulan ke Pusat Komando Militer ‘Israel’ di Pemukiman Beit El untuk menandatangani “bukti kehadiran.”
Setelah hampir 32 bulan situasi ini, penjajah ‘Israel’ kembali menangkapnya pada tanggal 18 Juni 2014 sebagai bagian dari kampanye penangkapan besar-besaran menargetkan banyak para pejuang Palestina yang telah dibebaskan Zionis.
Dia dijatuhi hukuman 30 bulan penjara, dan penjajah menolak untuk melepaskannya setelah menjalani hukumannya. Bahkan setelah melewati masa hukuman, penjajah kembali memvonisnya seumur hidup.
Pengacaranya mengajukan beberapa banding dan petisi terhadap keputusan untuk mengembalikan hukuman sebelumnya (seumur hidup dan 18 tahun) tanpa ada keputusan yang dikeluarkan mengenai hal tersebut.
“Empat puluh tahun adalah waktu yang sangat lama untuk hidup dalam kesedihan dan penindasan, memikirkan berapa banyak orang yang lahir dan yang lainnya meninggal saat Nael masih dipenjara,” kata saudara perempuannya, Hanan Barghouthi.
“Sangat sulit bagi saya dan seluruh keluarga untuk melalui semua ini sementara Nael dikurung di sel oleh pendudukan yang kejam,” katanya kepada Anadolu suatu ketika.
Pada tahun 2009, Nael memecahkan Rekor Dunia Guinness sebagai tahanan politik terlama di dunia.
Nael Barghouthi telah mengirimkan banyak pesan dari penjaranya selama masa penahanannya yang menekankan pentingnya persatuan nasional sebagai dasar untuk membebaskan tahanan Palestina dan memulihkan identitas Palestina yang kuat dan terbebas dari belenggu Zionis ‘Israel’. (sumber: Hidayatullah)