Ikhwanul Muslimin Mesir telah menyerukan siapapun pendukung presiden terguling Mohamed Morsi untuk ikut serta dalam “jutaan massa unjuk rasa nasional ‘ Jumat kemarahan’ untuk memprotes pasukan keamanan atas tindakan keras terhadap demonstran.
Pengumuman ini datang sehari setelah ribuan orang tewas ketika pasukan keamanan membersihkan dua kamp protes pro-Morsi, yang mengakhiri aksi duduk yang dimulai setelah militer menggulingkan Morsi pada 3 Juli.
“Unjuk rasa anti-kudeta akan berangkat dari semua masjid Kairo dan menuju Ramsis square setelah sholat Jum’at ‘Kemarahan’,” kata juru bicara Ikhwanul Muslimin Jihad el-Haddad menulis di akun Twitter-nya.
“Meskipun rasa sakit dan kesedihan karena kehilangan syuhada kami, kejahatan terakhir pelaku kudeta ‘telah meningkatkan tekad kami untuk mengakhiri mereka,” kata kelompok Ikhwanul Muslimin dalam sebuah pernyataan, Jumat.
Para pejabat Ikhwanul Muslimin mengatakan korban berkisar 2.600 orang telah gugur dalam “pembantaian”.
Polisi saat ini sibuk mengeluarkan puing-puing dari kamp di Rabaa Square dan Nahda square, di mana ribuan pendukung pro-Morsi diusir dan ribuan tewas pada hari Rabu.
Pendukung Morsi tetap menantang dengan aksi unjuk rasa yang terus berlanjut pada hari Kamis. Kantor Gubernur Giza bahkan diserbu dan dibakar oleh pendukung Mursi.
Mereka juga berkumpul di Masjid Al Amin, untuk berkabung atas para demonstran yang gugur pada Rabu dan bersumpah akan melakukan aksi balas dendam. Di lain sisi kota, polisi juga menghantarkan rekan-rekan mereka yang mati dalam bentrokan yang sama.
Keluarga berharap untuk menguburkan jenazah para demonstran pada hari Kamis, namun beberapa dari mereka mengatakan tidak dapat memperoleh izin yang benar . Departemen Kesehatan memaksakan mereka untuk menerima sertifikat kematian yang menyatakan yang bersangkutan mati karena bunuh diri, kata para keluarga demonstran.
Human Rights Watch telah mengutuk kekerasan Rabu di Mesir, mengatakan pemerintah bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap pendukung pro-Morsi di Rabaa dan Nahda.
Keadaan darurat diberlakukan selama sebulan, tetapi Ikhwanul Muslimin tetap menyerukan demonstrasi massal pada hari Jumat ini. (Aljazeera/Dz)