Ikhwanul Muslimin : Demonstrasi Kekerasan di Turki Bertujuan Melawan Islam

Turkish IslamistsTurki sudah Lama dicontoh sebagai sebuah model demokrasi di negeri Islam, ternyata protes besar-besaran di Turki terhadap Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan sebagai pemimpin dari hasil demokrasi ternyata meningkatkan perhatian di antara para penguasa Islam di Timur Tengah.

Pemimpin Islam di Mesir dan Tunisia “harus khawatir tentang masalah yang dihadapi oleh Erdogan di Turki, model pemerintahan di Turki seharusnya menjadi contoh suksesnya politik Islam di sebuah Negara , Antoine Basbous  , pengamat Negara timur tengah kepada Agence France-Presse (AFP).

Protes dan demonstrasi telah melanda Turki selama dua minggu terakhir terhadap rencana pembangunan kembali di Istanbul.

Para pemrotes mengatakan bahwa rencana pemerintah untuk membangun kota seperti  era Ottoman , perapihan toko,  perumahan dan apartemen di alun-alun Istambul  adalah bagian dari rencana untuk “mengislamkan” Turki.

Protes dan demonstrasi yang terjadi  yang dihadapi Erdogan telah menyuarakan keprihatinan di kalangan penguasa Islam di negara-negara Arab Spring, yang sebelumnya  telah memuji Turki sebagai contoh yang baik dari demokrasi di negeri Islam.

Para pemimpin Ikhwanul Muslimin menggambarkan protes anti-Erdogan bertujuan untuk merusak proyek Islamisasi di Turki.

Hussein Ibrahim, Sekjen Kebebasan Ikhwan dan Partai Keadilan, mengatakan protes itu bertujuan melawan Islam.

Tahun lalu, Morsi pun memuji Erdogan dan Partai Pembangunannya , yang partainya berakar Islam sebagai “sumber inspirasi”.

Partai Ennahda di Tunisia menyatakan kekagumannya juga kepada Erdogan sebagai model yang patut dicontoh .

Berkuasa selama lebih dari satu dekade, partainya  Erdogan telah meningkatkan pangsa suara pada tiga pemilu terakhir.

Turki telah mengalami kemajuan pesat di bidang ekonomi dan pengaruhnya telah meningkat secara dramatis di Timur Tengah dan pada skala global.

Tapi banyak warga Turki, khususnya pihak sekuler , menuduh Erdogan semakin otoriter, membungkam media, memperketat cengkeraman partainya pada negara dan menempatkan agama (Islam) di tengah politik dan melanggar konstitusi sekuler Turki.

“Beberapa pihak sengaja ingin membuatnya tampak bahwa apa yang terjadi di Turki adalah sebuah revolusi,” kata Mourad Ali kepada al-Masry al-Youm:

“[Mereka pendemo] berlebihan dan tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di lapangan.” Tambahnya. (OI.Net/Dz)