Ikhwanul Muslimin, kelompok oposisi pemerintah Mesir menyatakan akan memboikot pelaksanaan pemilu lokal. Pemboikotan itu dilakukan sebagai bentuk protes karena otoritas berwenang Mesir hanya membolehkan 20 orang kandidat dari Ikhwanul Muslimin, untuk ikut dalam pemilu tersebut.
"Kami menyerukan rakyat Mesir untuk memboikot pemilu lokal, karena pihak eksekutif telah mengabaikan keadilan, " kata Muhammad Habib, orang nomor dua di Ikhawanul Muslimin.
Sementara itu, situasi kota industri Mahalla hari ini mulai tenang setelah dilanda aksi unjuk rasa yang berakhir bentrok antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan Mesir. Bentrokan itu menyebabkan belasan orang luka-luka.
"Semua sudah kembali normal. Para pekerja sudah kembali beraktivitas dan semua sekolah sudah dibuka, kecuali dua sekolah yang terbakar, kemarin, " kata seorang aparat keamanan yang tidak mau disebut namanya.
Aksi unjuk rasa sekitar 2.000 buruh terjadi di kota Mahalla, yang berlokasi di delta Sungai Nil, hari Minggu (6/4). Mereka mendesak agar pemerintah mengendalikan kenaikan harga-harga dan inflasi. Dalam aksi unjuk rasa itu, para pengunjuk rasa membakar ban-ban mobil di sepanjang jalur kereta api di kota itu. Polisi Mesir menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa, sehingga terjadi bentrok yang menyebabkan belasan orang luka-luka dan dua sekolah terbakar. Polisi Mesir juga menangkap belasan orang dalam aksi unjuk rasa di kota yang menjadi pusat industri tekstil di Mesir.
Pejabat keamanan Mesir mengatakan, pihaknya tetap menempatkan aparat keamanana di kota itu untuk mengantisipasi berlanjutnya aksi unjuk rasa. Sementara para pemimpin kelompok buruh menyatakan, mereka tetap akan melanjutkan aksi unjuk rasa, pada hari Senin atau hari Selasa. (ln/al-arby)