Ikhwanul Muslimin Suriah pernah dihancurkan saat pemerintahan Suriah dibawah rezim Hafiz Al-Assad, saat ini berencana kembali untuk membuka kantor perwakilan di Suriah agar mempercepat proses pemberontakan terhadap anaknya, rezim Bashar Al Assad.
“Pada awalnya kita mengatakan ini adalah waktu untuk revolusi, bukan ideologi,” kata Riad al-Shafqa, pemimpin Ikhwanul Muslimin Suriah yang diasingkan, mengatakan kepada Financial Times pada Kamis, 25 April di kantor-kelompok Ikhwanul Muslimin di Istanbul.
“Sekarang ada banyak kelompok di dalam Suriah sehingga kita merasa kita harus mengatur ulang kelompok kami di sana.” tambahnya.
Dia mengatakan keputusan untuk membuka kantor di Suriah bertujuan untuk menghidupkan kembali struktur organisasi ikhwan di Suriah. Ikhwan Suriah merupakan cabang dari gerakan Sunni Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir pada tahun 1928.
Kelompok Ikhwan Suriah muncul menjadi kekuatan politik pada tahun 1963, dan kelompok ini mulai menentang pemerintahan Partai Baath. Kelompok ini mampu mendapatkan dukungan masyarakat Suriah yang tumbuh di bawah tanah dalam ancaman kekuasaan otoriter Hafez Al Assad sepanjang 30 tahun kekuasaannya. Hafez Al Assad, Presiden Suriah berasal dari minoritas Alawit dinegara mayoritas Sunni.
Kelompok Ikhwan ini memimpin pemberontakan melawan pemerintahan Hafez Assad pada tahun 1982, menyebabkan pemerintah melakukan tindakan keras berdarah terhadap kota Hama, dan membantai puluhan ribu rakyat Suriah tewas.
Ikhwan menjadi kekuatan dominan dalam pemberontakan sepanjang 14 bulan terhadap kekuasaan putra Assad, Bashar, di mana ribuan nyawa pun sudah melayang.
Kelompok Ikhwanul Muslimin Suriah juga berperan sebagai anggota aktif dalam payung oposisi Suriah Dewan Nasional (SNC).
Sumber oposisi mengatakan Ikhwan salah satu pihak pendana untuk Tentara Pembebasan Suriah(FSA), sayap bersenjata oposisi Suriah terhadap pemerintahan Assad.
Kelompok ini juga terlihat menghidupkan kembali basisnya di antara petani kecil Sunni dan kelas menengah Suriah.
Keputusan untuk membuka kantor di Suriah dipandang perlu sebagai peran aktif Ikhwan dalam pemberontakan melawan rezim Assad.
Ikhwan baru-baru ini menghadapi beberapa tuduhan bahwa pihak Ikhwan mendominasi dan mengendalikan kelompok koalisi oposisi Suriah.
“Tujuan kami bukan untuk mengobrak-abrik tetapi untuk menyatukan oposisi (Suriah),” kata al-Shaqfa kepada wartawan di Istanbul awal bulan ini.
Ketegangan dalam oposisi menjadi panas dengan terpilihnya Ghassan Hitto sebagai perdana menteri sementara untuk oposisi.
Kritikus mengklaim Ikhwanul Muslimin yang mengatur pilihan Hitto, warga AS kelahiran Suriah dan tokoh tersebut sedikit diketahui oleh banyak pihak sebelum pemilihannya.
Pemimpin Ikhwanul menyanggah tuduhan tersebut , Ikhwan mengatakan tuduhan itu adalah “kebohongan dan rekayasa” yang katanya sengaja disebarkan oleh rezim Assad. (oi.net/HK)