Vatikan, sebagai supremasi tertinggi umat Katolik, mengajak dialog pada Ikhwan. Belajar dari beberapa pertemuan sebelumnya, Ikhwan menolaknya dengan tegas. Menanggapi hal ini, Dr. Abdul Mun’im Abul Futuh, salah seorang pemimpini Ikhwan, memberikan tanggapannya. “Ikhwan selalu membuka dialog dengan semua golongan, tapi saya pikir dialog dengan Vatikan tidak akan pernah memberikan hasil yang kongkret!” ujarnya tegas.
Ia merujuk pada beberapa pertemuan yang pernah dilaksanakan sebelumnya. Vatikan tidak pernah punya niat baik dalam setiap dialog itu. Mereka sama sekali tidak memperhatikan tiga hal yang harus dihormati sebagai adab dialog itu sendiri. “Pertama, mereka tidak pernah mempunyai kepercayaan kepada Islam. Bagaimana mungkin, orang yang tidak pernah mau mengerti dan mempelajari Islam, mengajak diskusi? Dalam hal ini, apapun bentuk dialognya akan menjadi mubadzir!”
“Hal kedua yang yang selalu dilanggar oleh Vatikan adalah, dialog dengan mereka selalu saja tentang kepercayaan.” Tambah Abul Futuh, “Dalam hal ini, tak ada lagi yang perlu didiskusikan, Islam mempunyai prinsip yangan jelas tentang bagaimana menyembah Allah swt.”
Dan yang ketiga, menurut Abul Futuh, dialog dengan Vatikan tidak pernah menghasilkan kesepakatan apa-apa. Padahal, masih menurut pendapatnya, kesepakatan akan sesuatu dalam sebuah dialog adalah tujuan utamanya. “Ikhwan peduli dengan banyak hal. Ketika kita berdialog, kami ingin mendiskusikan kondisi Afghanistan, Iraq atau Palestina, atau bagaimana menghentikan peperangan dan kelaparan di seluruh dunia.”
Abul Futuh menilai, dialog dengan Vatikan selalu untuk menunjukan kesombongan—tidak ada kerjasama untuk kebaikan umat manusia. (sa/iw)