Kampanye reformis Nasional, dengan pemimpin sebelumnya dari Badan Energi Atom Internasional , Mohamed El – Baradei menjadi pembicaraan dalam pesan yang terungkap dari surat pemimpin Ikhwanul Muslimin baru-baru ini yang berjudul ” kemunafikan pemerintah Barat ” atas penggulingan Mohamed Morsi oleh kekuatan militer.
Ikhwanul Muslimin mengatakan dalam suratnya : “mulai dari pemimpinnya dan para duta besar dari sejumlah besar negara-negara Barat menempatkan tekanan yang serius kepada presiden terpilih secara sah Mursi untuk menyerahkan hak kekuasaan konstitusionalnya untuk menetapkan Perdana Menteri dari nama yang dipilih oleh pihak barat , kemudian Mursi menolak tekanan barat dengan halus , lalu para duta besar barat tersebut mulai menghasut militer untuk campur tangan untuk menggulingkan presiden Mursi dan mengakhiri pemerintahannya. ”
Namun, pemimpin Ikhwanul Muslimin yang meminta identitasnya dirahasiakan mengatakan kepada media Anatolia : ” Nama seseorang yang diajukan pihak Barat kepada Mursi untuk dijadikan Perdana Menteri , adalah Mohamed ElBaradei . ”
Sumber yang sama menjelaskan bahwa nama ElBaradei telah diajukan untuk perdana menteri hingga tiga kali sepanjang tahun di mana Mursi berkuasa .. Terakhir kali diusulkan pada saat awal dari eskalasi demonstrasi oposisi terhadap Morsi . Pemimpin Ikhwan itu mengatakan : ” Pada waktu itu , penekanan yang sangat keras dan mendesak agar ElBaradei dijadikan sebagai perdana menteri . ”
Pesan dari pemimpin Ikhwanul Muslimin itu : ” Kami menolak tekanan itu , mulailah mereka menghasut militer untuk campur tangan untuk mengisolasi Presiden dan menyelesaikan pesanan asingnya , dan kelompok sekuler itu segera mempromosikan di Barat untuk menerima kudeta militer , mereka telah merencanakan kudeta ini dengan diikuti demonstrasi sekuler dan pengisolasian presiden Mursi dan menonaktifkan konstitusi serta menunjuk presiden sementara dan penutupan setiap akses yang dapat mendukung presiden Mursi. ”
Surat Ikhwan tersebut menggambarkan posisi Barat sebagai kaum munafik dan sangat kontras dengan posisi opini publik , media dan penelitian ilmiah dan lembaga bahwa Barat menyatakan apa yang terjadi adalah pilihan rakyat bukan merupakan kediktatoran dan bukan kudeta militer berdarah . ”
Dan ikhwan juga mengungkapkan bahwa paska kudeta , banyak duta besar negara-negara Barat dan para pejabat senior di Kementerian Luar Negeri datang ke Mesir dalam upaya hanya untuk meyakinkan para pemimpin dari ” Aliansi Nasional sekuler ” untuk menahan diri dari demonstrasi dan menerima pemerintahan hasil kudeta . (IoL/KH)