Rumor bahwa ibu negara Suriah dan tiga anaknya sudah menyelamatkan diri ke Inggris terkait situasi politik di dalam negeri Suriah, pertama kali dihembuskan oleh sejumlah media massa di Inggris. Namun Suriah membantah isu tersebut, yang disampaikan oleh Duta Besar Suriah di London Sami Al-Khiyami.
"Rumor yang tidak benar beredar di beberapa media Inggris terkait dimana keberadaan istri Preside Bashar Assad dan anak-anaknya. Isu ini bertujuan untuk mengganggu proses reformasi nasional yang berjalan di Suriah," kata Al-Khiyami.
Ia melanjutkan, "Yang Mulia Ibu Bashar Assad dan tiga anaknya tidak berada di Inggris. Ibu negara masih berada di Damaskus, sedang memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan dalam negeri, termasuk programnya untuk lebih memberdayakan rakyat Suriah."
"Anak-anaknya pun berada di Damaskus, dan berbeda dengan isu yang kurang baik itu, mereka hanya memiliki paspor Suriah," jelas Al-Khiyami.
Media massa di Inggris pada hari Selasa kemarin mengutip sumber-sumber diplomatik yang mengatakan pada media massa di Arab bahwa istri Presiden Suriah, Asma Assad sudah "mengungsi" ke Inggris dan diperintahkan untuk segera "keluar (dari Suriah) secepat mungkin."
Daily Telegraph misalnya, menyebutkan bahwa "evakuasi" ibu negara kelahiran Inggris itu dan tiga anaknya dilakukan dengan sangat rahasia dan sekarang mereka aman dalam perlindungan para pengawal mereka.
Tapi Al-Khiyami menegaskan bahwa ibu negara Asma Assad tidak akan pernah meninggalkan Suriah dalam situasi apapun, selama proses reformasi masih berjalan di Suriah. Ia juga mengatakan bahwa Presiden Assad bekerja keras, melakukan pertemuan dengan para tokoh masyarakat dan organisasi pemuda untuk membahas harapan dan keinginan mereka terhadap masa depan Suriah.
"Presiden melakukan pertemuan setiap hari dengan delegasi dari berbagai wilayah di Suriah, untuk mendengarkan permintaan dan masukkan yang diberikan pada pemerintah, mulai dari masalah reformasi politik, hukum, kebijakan antikorupsi yang harus dilakukan demi mewujudkan stabilitas dan kesejahteraan rakyat Suriah," papar Al-Khiyami. (ln/prtv)