Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan, lebih dari 1.000 warga Irak yang tinggal di selatan Baghdad, yang dulunya merupakan pusat program nuklir Saddam Husain beresiko terkena dampak radiasi radioaktif.
Untuk itu IAEA meluncurkan program operasi pembersihan di bekas tempat reaktor nuklir di Tuwaitha, yang terletak sekitar 22 kilometer ke arah selatan Baghdad dan menyerukan peran serta dunia internasional dalam program yang mereka sebut sebagai tantangan yang akan makan waktu panjang.
Pakar dalam bidang keselamatan IAEA, Dennis Reisenweaver mengungkapkan, "Ini merupakan tugas berat, yang bisa makan waktu bertahun-tahun."
Dalam melakukan operasi pembersihan itu, IAEA memprioritaskan pada identifikasi dan penutupan terhadap wilayah-wilayah yang dianggap paling berbahaya akibat kontaminasi radioaktif.
Kompleks Tuwaitha, dulunya menjadi lokasi pengerjaan proyek-proyek nuklir rahasia pemerintahan Saddam Husain. Lokasi ini pernah diselidiki dan dibongkar saat PBB melakukan inspeksti pada era 1990-an.
Pihak AS yang melakukan invasi ke Irak pada tahun 2003 berdasarkan alasan bahwa Saddam Husain mengembangkan senjata pemusnah massal, juga menuai kritik tajam karena dianggap gagal mengamankan komplek tersebut.
Setelah AS membom Tuwaitha dan lokasi itu dijarah oleh warga Irak, banyak ditemukan drum-drum tempat penyimpanan uranium yang kosong dan dijual, bahkan digunakan untuk tempat penampungan air oleh warga.
Dan sekarang, menurut IAEA ada lebih dari 1.000 warga Irak yang tinggal di sebuah desa yang dikelilingi oleh bekas kompleks nuklir itu. "Tingkat radiasi diketahui sudah lebih tinggi dari batas normal dan jika terkena radiasi dalam waktu lama akan menimbulkan resiko," kata IAEA.
IAEA menyatakan bahwa mereka tidak menemukan resiko adanya pengembangan senjata nuklir dari material-material yang pernah ada di Tuwaitha. Namun langkah penyelidikan tetap diperlukan untuk menelusuri material-material yang hilang dan mendapatkannya kembali dalam kondisi aman.
Pemerintah Irak telah meminta IAEA untuk mengorganisir program bagi Tuwaitha dan lokasi-lokasi lainnya untuk menemukan kemungkinan persoalan kontaminasi radioaktif. Pemerintah Irak juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang material-material radioaktif dan peralatan yang hilang dari tempat pengembangan nuklir Irak.
"Beberapa tantangan yang dihadapi dalam melakukan pembersihan, antara lain menentukan di mana lokasi peralatan dan material yang terkontaminasi itu disembunyikan disekarang dan menemukan catatan-catatan yang hilang tentang isi dari material radioaktif yang disimpan di tempat-tempat pembuangan," jelas IAEA. (ln/Guardian)